Page 92 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 92

Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan  83

            dan para petani di desa ini, ketika berinteraksi satu sama lain dalam
            konteks penguasaan tanah, dan keinginannya membangun harmoni
            di desa.
                Desa Prigelan, Desa Ngandagan,  dan Desa Karanganyar
            merupakan  tiga desa  yang  berada di wilayah  Selatan  Kecamatan
            Pituruh, yang diakui maju oleh Camat Pituruh (tahun 2015). Lebih
            jauh Camat Pituruh mengungkapkan, bahwa  wilayah Selatan
            Kecamatan Pituruh lebih maju dibanding wilayah Utaranya. Camat
            Pituruh menjelaskan, bahwa di wilayah Selatan Kecamatan Pituruh
            tanah (penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatannya)
            telah diatur sejak lama (sejak zaman nenek moyang), sehingga tanah
            di wilayah ini lebih tertib.
                Pengaturan   penguasaan,   pemilikan,  penggunaan,   dan
            pemanfaatan  tanah  sejak lama  di  wilayah Selatan Kecamatan
            Pituruh  memperlihatkan adanya  strategi adaptasi  yang  sejak
            dahulu dikembangkan oleh  para  sesepuh desa.  Strategi adaptasi
            “diluncurkan” oleh para sesepuh desa di masa lalu, untuk menghadapi
            masalah saat  itu, agar sesuai dengan  lingkungan sosial, ekonomi,
            dan  ekologi.  Caranya  dapat  dengan:  (1)  melakukan  optimalisasi
            potensi; (2) mengurangi biaya sosial, ekonomi, dan ekologi; serta (3)
            memanfaatkan relasi yang telah ada, baik relasi formal maupun non
            formal.
                Sejalan dengan keterangan Camat Pituruh yang menunjukkan
            kemajuan desa-desa di wilayah Selatan Kecamatan Pituruh, Jumari
            (Kepala Desa Prigelan  tahun 2002 – 2012) mengungkapkan  cara
            masyarakat Desa Prigelan menghormati mantan kepala  desanya.
            Menurut Jumari, ada ketentuan di Desa Prigelan, bahwa bagi mantan
            kepala desa yang baru saja lengser (misal Jumari) mendapat tanah
            pengarem-arem yang berupa tanah sawah seluas 300 ubin.
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97