Page 93 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 93
84 Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
Jumari menambahkan, bila nanti Maniso (Kepala Desa Prigelan
2012 – 2017) lengser atau tidak lagi menjabat sebagai Kepala Desa
Prigelan, maka Jumari harus mengembalikan tanah pengarem-arem
yang diterimanya kepada Pemerintah Desa Prigelan, untuk nantinya
oleh Pemerintah Desa Prigelan diberikan kepada Maniso. Pola
ini memperlihatkan tradisi penguasaan tanah yang memadukan
penghormatan dan pemerataan, yaitu: (1) Penghormatan kepada
seluruh orang, terutama mantan kepala desa, yang telah berjasa
kepada masyarakat dan Desa Prigelan. (2) Pemerataan kepada
seluruh mantan kepala desa, sehingga harus ada pergiliran di antara
mereka.
Oleh karena tidak lagi menjabat sebagai kepala desa, Jumari
memanfaatkan dengan sungguh-sungguh tanah pengarem-arem
yang diterimanya dari Pemerintah Desa Prigelan. Agar pendapatan
dari tanah pengarem-arem mampu memenuhi kebutuhan keluarga,
maka Jumari mengurangi pengeluaran yang dipandang tidak terlalu
urgen. Selain itu, Jumari juga memanfaatkan relasi dengan berbagai
pihak, sehingga memudahkan segenap urusan yang terkait dengan
kegiatannya.
Berkaitan dengan strategi penguasaan tanah berupa pemberian
hak garap atas tanah sawah seluas 60 ubin bagi petani yang tidak
memiliki tanah sawah, Jumari memberi dukungan atas penerapannya.
Ketika menjabat Kepala Desa Prigelan tahun 2002 – 2012, Jumari
turut menerapkan strategi penguasaan tanah tersebut. Hal berbeda
diperlihatkan oleh Untung (Ketua Kelompok Tani “Kunir Maju),
yang tidak sepenuhnya setuju atas strategi yang diterapkan ini.
Menurut Untung, ada tindakan keliru ketika strategi ini
diberlakukan pada para pemilik tanah sawah, dengan mewajibkan
mereka menyerahkan hak garap atas tanah sawah seluas 1/6 (satu per
enam) bagian tanah sawah yang dimilikinya kepada Pemerintah Desa