Page 98 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 98
Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan 89
Pembagian wilayah Desa Kuniran menjadi dua bagian, dan
memasukkan masing-masing bagian ke dalam wilayah Desa
Prigelan dan Desa Ampel, merupakan kebijakan administratif yang
menghilangkan keunikan Kuniran secara kolektif. Tetapi secara
individual, warga Dusun Kuniran di Desa Prigelan tetaplah warga
yang kritis, namun tetap santun dalam menyampaikan kritiknya.
Para petani Dusun Kuniran yang tergabung dalam Kelompok Tani
“Kunir Maju” merasa sejajar dengan kelompok tani dari dusun-
dusun lainnya, sehingga bersikap kritis merupakan hal yang wajar
diungkapkan.
Berbeda dengan pendapat Untung (Ketua Kelompok Tani “Kunir
Maju” Dusun Kuniran), Mardiyono (warga tertua di Desa Prigelan
dengan usia 91 tahun) justru setuju dengan strategi penguasaan
tanah, yang mewajibkan pemilik tanah sawah menyerahkan hak
garap seluas 1/6 bagian dari tanah sawah yang dimilikinya kepada
Pemerintah Desa Prigelan, untuk diredistribusikan kepada petani
yang tidak memiliki tanah sawah di desa ini.
Mardiyono beranggapan bahwa strategi penguasaan tanah yang
berlaku saat ini, telah dipertimbangkan dengan masak oleh para
kepala desa dari generasi ke generasi, terutama oleh Kepala Desa
Prigelan di tahun 1947 yang melihat adanya perbedaan pemilikan
tanah sawah. Oleh karena itu, menurut Mardiyono merupakan hal
yang wajar ketika beban lebih berat diberikan kepada para petani
pemilik tanah sawah. Bagi Mardiyono strategi penguasaan tanah
merupakan strategi yang tepat untuk mengharmonikan relasi antara
petani pemilik tanah sawah dengan petani yang tidak memiliki
tanah sawah.
Menurut Mardiyono, adanya kewajiban ini telah memunculkan
adanya tanah buruhan, yang dapat dimanfaatkan oleh petani yang
tidak memiliki tanah sawah di Desa Prigelan. Tindakan inilah