Page 97 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 97
88 Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
ketua kelompok tani berperan besar dalam mengendalikan aktivitas
kelompok. Beberapa masalah yang terkait dengan bibit (benih),
pupuk, dan obat-obatan diselesaikan dengan membangun kerjasama
dalam kelompok, bekerjasama dengan kelompok lain, dan meminta
bantuan gabungan kelompok tani.
Wilayah kerja Kelompok Tani “Kunir Maju” berada di wilayah
Dusun Kuniran, yang memiliki sejarah unik. Nenek moyang mereka
adalah para santri yang bermukim di wilayah ini dan mendirikan
masjid tertua di Desa Prigelan. Pada masa lalu wilayah ini disebut
“Keputihan”, karena dihuni oleh para santri yang gemar memakai
baju putih. Para santri belajar di pesantren yang ada di wilayah ini
di bawah bimbingan Mbah Jekso, yang memimpin “wilayah khusus
pesantren” ini, sehingga tidak dikenakan pajak.
Sebagai kelompok yang unik, ternyata para santri tidak
mengisolasi diri, melainkan justru intens berinteraksi dengan
kelompok-kelompok lain yang ada di sekitar wilayahnya. Mereka
menyadari, bahwa segenap elemen di masyarakat perlu bekerjasama
membangun wilayah dan meningkatkan produktivitas tanah
pertanian. Dengan demikian ada kebutuhan yang sama, untuk saling
memberi dan saling menerima antara para santri dengan kelompok-
kelompok lain di sekitarnya.
Pada masa dahulu (sebelum Indonesia merdeka) wilayah
Kuniran merupakan desa tersendiri, tetapi saat Desa Prigelan
dipimpin oleh Suparmin wilayah Kuniran dibagi dua. Separuh
wilayah Kuniran masuk menjadi bagian Desa Prigelan, dan diberi
nama Dusun Kuniran. Sementara itu, separuh wilayah Kuniran
lainnya masuk menjadi bagian dari Desa Ampel, dan diberi nama
Dusun Kuniran. Dengan demikian ada dua Dusun Kuniran, yaitu
Dusun Kuniran yang berada di Desa Prigelan, dan Dusun Kuniran
yang berada di Desa Ampel.