Page 95 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 95
86 Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
kesempatan berkontribusi. Tetapi kebutuhan pembangunan
masyarakat dan Desa Prigelan juga harus ditanggung oleh orang-
orang kaya di desa ini yang tidak memiliki tanah sawah.
Inovasi semacam ini kompatibel dengan nilai-nilai dan
kepercayaan sosio-kultural Desa Prigelan, yang berbasis pada
semangat kebersamaan. Hanya saja ide melibatkan orang-orang kaya
di desa ini yang tidak memiliki tanah sawah harus diperkenalkan
terlebih dahulu, sehingga nantinya dapat difahami sebagai kebutuhan
bersama masyarakat desa. Proses ini memang membutuhkan waktu
dan kesabaran Pemerintah dan masyarakat Desa Prigelan, tetapi
hal ini penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan aspek
keadilan.
Menurut Untung, seharusnya mereka yang tidak punya tanah
sawah tetapi relatif sejahtera, tetap bisa diminta untuk membayar
kewajiban yang setara dengan 1/6 bagian dari luas pemilikan tanah
sawah, misalnya dalam bentuk uang yang setara dengan 1/6 hasil
panen. Secara lebih detail Untung menyarankan, bahwa bagi mereka
yang relatif sejahtera tetapi tidak mempunyai tanah sawah, yang nilai
kekayaannya setara dengan pemilikan tanah sawah seluas 360 ubin,
dikenakan urunan yang setara dengan urunan mereka yang memiliki
tanah sawah seluas 360 ubin tetapi tidak menyerahkan hak garap.
Saran yang disampaikan Untung bagi perbaikan strategi
penguasaan tanah, merupakan persepsinya atas keadilan yang
wajib diterapkan. Persepsi ini juga menuntut inovasi Pemerintah
Desa Prigelan, saat menerapkan strategi penguasaan tanah. Inovasi
diperlukan, agar penerapan strategi pertanahan di Desa Prigelan
berlangsung adil. Keadilan merupakan nilai utama yang dihormati
para petani di Desa Prigelan, yang sejak dahulu diperjuangkan oleh
para sesepuh desa, sehingga saat ini menjadi kebutuhan para petani
dan masyarakat.