Page 68 - RATA: Manual Menilai Konflik Tenurial secara Cepat
P. 68

RaTA: Manual Penilaian Cepat ...  57

              area bekas proyek tanah gambut sejuta hektar itu pun
              dijadikan konsesi perkebunan sawit, sementara 41.536
              dialokasikan untuk konsesi tambang (BP KAPET DAS
              KAKAB, 2009). Menariknya, kedua ijin itu tumpang tindih
              sehingga menimbulkan kebingungan bagi pemegang ijin.
                  Kebijakan yang diambil oleh pemerintah setempat
              untuk mengeksploitasi area bekas proyek tanah gambut
              sejuta hektar itu bertentangan dengan kebijakan peme-
              rintah pusat. Kenyataannya pemerintah kabupaten itu
              mengaku memiliki dukungan ilmiah untuk kebijakannya
              itu. Berdasarkan penelitian Dinas Penelitian dan Pengem-
              bangan Pertanian 1998, sekitar 327.853 ha area bekas
              proyek tanah gambut sejuta hektar itu dianggap cocok
              untuk perkebunan sawit, dan 345.340 ha cocok untuk karet
              (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1998).
                  Era setelah proyek tanah gambut sejuta hektar itu
              juga menjadi awal munculnya pengakuan atas lembaga
              adat. Pemerintah kabupaten mengesahkan peraturan
              pemerintah kabupaten Kapuas no. 14/1998 yang mengakui
              adanya lembaga kadamangan dan memberikan peran
              pengelolaan bagi lembaga adat. Tetapi aturan itu tidak
              berisi pasal yang menjelaskan hak penggunaan tanah
              adat. Tahun  1998, pemerintah provinsi  Kalimantan
              Tengah pun mengeluarkan pernyataan yang mengatakan
              bahwa tanah sejauh lima kilometer dari tepi sungai harus
              diberikan kepada komunitas menurut hak penggunaan
              tanah adat, meskipun pernyataannya itu tidak memiliki
              dasar hukum. Karenanya tidak jelas perlindungan sejauh
   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73