Page 83 - RATA: Manual Menilai Konflik Tenurial secara Cepat
P. 83

72    Gamma Galudra, dkk.

            tas dan pembuat kebijakan.
                Selama jaman kekuasaan Orde Baru, antara tahun
            1967 hingga 1997, preservasti tetap menjadi pembicaraan
            dominan untuk pengelolaan area terlindung. Tahun 1979,
            dengan menggunakan pemetakan hutan yang dilakukan
            oleh pemerintah Belanda, maka pemerintah Indonesia
            pun menyatakan Gunung Halimun sebagai sebuah suaka
            alam, dengan area seluas 40.000 ha. Ketetapan itu diber-
            lakukan dengan Keputusan Menteri Kehutanan no. 40/
            1979 (Ryadisoetrisno, 1992). Akan tetapi luas area suaka
            alam itu pun mengecil hingga kurang dari 38.000 ha akibat
            protes yang dilancarkan oleh Perum Perhutani (sebuah
            konsesi perusahaan kayu gelondongan milik negara) (arsip
            Badan Planologi, tidak diterbitkan)
                Pada bulan Februari 1992, pemerintah memutuskan
            untuk mengubah area itu menjadi sebuah taman nasional.
            Status yang berubah itu sesungguhnya tidak mengako-
            modasi persoalan konservasi koridor hutan Halimun
            Salak. Kaum konservasionis khawatir bahwa koridor hutan
            itu akan terdegradasi dan terdeforestasi akibat adanya
            aktivitas penebangan kayu dan penyerobotan tanah yang
            dilakukan oleh komunitas, sehingga banyak spesies makh-
            luk hidup terlindungi pun terancam. Kekhawatiran mereka
            itu pun terbukti. Di bawah manajemen Perum Perhutani
            koridor itu kehilangan 50% dari hutannya, merosot dari
            666.508 ha menjadi hanya 347.523 ha dalam waktu 11
            tahun dari 1990 hingga 2001.
                Baru setelah terjadinya beberapa bencana alam,
   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88