Page 93 - RATA: Manual Menilai Konflik Tenurial secara Cepat
P. 93

82    Gamma Galudra, dkk.

                Di pihak  lain, klaim sengketa yang timbul di wilayah
            hutan itu masih saja ada hingga kini. Orang setempat
            mengajukan klaim dengan menggunakan dasar sejarah.
            Hal itu memunculkan persoalan mengapa klaim sengketa
            itu muncul. Analisis sejarah digunakan untuk menjelaskan
            dan memahami klaim-klaim sengketa itu. Analisis sejarah
            itu membantu untuk memahami alotnya persengketaan
            dan persoalan legalitas proses pemetak-petakkan yang
            dilakukan oleh pemerintah.
                Sebelum pemerintah menerbitkan petak-petak hutan
            di wilayah Halimun-Salak itu, banyak orang setempat
            menggunakan area itu untuk ladang berpindah. Peme-
            rintah Belanda berusaha mengkontrol peladangan ber-
            pindah itu lewat beberapa regulasi pemerintah seperti
            Keputusan Pemerintah no. 6/1900 dan no. 8/1909 di
            tahun 1896, tetapi dua regulasi itu tidak menjelaskan hak
            legal dan kepastian penguasaan tanah bagi peladang
            berpindah. Residen Banten mengambil inisiatif untuk
            melegalkan penggunaan tanah mereka lewat Keputusan
            Residen no. 10453/7/1924. Keputusan itu membolehkan
            peladang berpindah bertani di tanah mereka menurut
            hak sewa dan memberi kepala desa kewenangan untuk
            mengalokasikan dan mendistribusikan tanah bagi para
            peladang berpindah. Dari tahun 1901 hingga 1925, Karesi-
            denan Banten membagikan sekitar 101.140 ha tanah bagi
            para peladang berpindah (Kools, 1935; ANRI, 1980; Galud-
            ra, 2006). Keputusan Residen itu jelas memberi kepastian
            penguasaan tanah legal bagi peladang berpindah atas ta-
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98