Page 120 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 120

dengan upah harian belum diatur dalam praktik sehari-hari dilaksanakan
                sesuai dengan adat istiadat setempat, sistem upah sangat tergantung pada
                jumlah tenaga kerja yang ada dan areal tanah yang harus diolah di suatu
                desa atau pedukuhan.

            2.  Penggarapan tanah dalam pengertian mengusahakan tanah dengan
                mempergunakan buruh/pekerja tani dengan pemberian upah, termasuk
                dalam golongan ini:
                a.   Sewa tanah untuk tanaman tertentu misalnya: tebu, rosella dan
                     tembakau berdasarkan Undang-undang No. 38 tahun 1960 jo
                     Undang-undang No. 20/1964.

                b.   Penggarapan tanah dengan sistem pengusahaan (oleh perusahaan/
                     perorangan).
            2.   Azas- azas dalam penggarapan/ pengusaha tanah, menurut Undang-
                undang Pokok Agraria

            1.   Orang/badan hukum yang mempunyai hak atas tanah pertanian pada
                azasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif
                (pasal 10).
            2.   Mencegah cara-cara pemerasan dalam cara penggarapan/penguasaan
                tanah pertanian (pasal 10).
            3.   Pelaksanaan dari pada azas ini akan diatur dengan peraturan perundangan
                (belum ada peraturan pelaksana).

            4.   Perkecualian akan diatur dengan peraturan perundangan (belum diatur).
                Azas-azas di dalam pengaturan hubungan kerja yang berkaitan dengan
            penggarapan atau pengusahaan tanah.

            1.  Bentuk usaha
                a.   Koperasi atau bentuk gotong royong lainnya (pasal 2 ayat (1)).
                b.  Negara dapat mengadakan usaha dengan pihak lain di lapangan
                     Agraria (pasal 12 ayat (2)).

                c.   Usaha Pemerintah dalam agraria yang bersifat monopoli harus
                     diselenggarakan dengan Undang-undang (pasal 13 ayat (3) UUPA),
                     belum diatur.


                                            85
   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125