Page 116 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 116

1.  Penggunaan tanah oleh bukan pemiliknya sendiri yang seharusnya
                     diatur dengan Peraturan Perundangan, sampai sekarang belum ada
                     peraturan pelaksanaannya.

                2.   Daya beli dan daya tahan para petani terhadap serangan paceklik/
                     kekeringan panjang sangat lemah, sehingga sedikit saja terlambat
                     dalam musim tanam dan musin panen sudah memaksa mereka
                     menempuh jalan darurat di dalam mempertahankan hidupnya.
                3.   Umumnya kehidupan mereka tergantung pada usaha tani tunggal.

                     Dalam situasi tersebut di atas kiranya usaha meningkatkan petani
                penggarap, tidak akan mengenai sasarannya, yaitu perlindungan
                golongan ekonomis lemah.
                     Beberapa faktor penghambat ialah:

                Kelengahan aparat pemerintah yang menangani
                Dengan  tidak  menutupi  kelemahan-kelemahan  dari pihak aparat
                Pemerintah baik di Tingkat Pusat maupun Tingkat Daerah masih kurang
                diperhatikan pelaksanaan Undang-Undang No. 2/1960 jo peraturan
                Menteri Agraria No. 4/ 1954 sehingga pelaksanaan bagi hasil yang tidak
                didasarkan pada Undang-undang No.2/1960 jo PMA No.4/1964 tidak
                diambil tindakan dan tidak dikenakan sanksi.
                Faktor penyebab dari para petani penggarap ialah:

                −    Adanya faktor paguyuban, yaitu suatu hubungan yang sudah turun-
                     temurun.
                −   Adanya batas waktu yang ditetapkan dalam perjanjian bagi hasil
                     menurut Undang-undang No. 2 tahun 1960.

                Maksud melindungi pihak yang bersangkutan sudah cukup memadai.
                Demikian juga tugas pengawasan yang diletakkan pada aparat pemerintah
                di daerah yaitu mulai dari Kepala Desa, Camat sampai Bupati Kepala
                Daerah.
                Pedoman yang terakhir ialah dengan peraturan Menteri Dalam Negeri
                No. 15 tahun 1974 tentang pedoman tindak lanjut pelaksanaan
                Landreform. Dalam pasal 4 menyebutkan bahwa oleh Gubemur/



                                            81
   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121