Page 154 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 154

supaya tidak mati saja. Sebagian dari glondongan langsung ditebar di petak
            pembesaran tapi sebagian besar disimpan dalam petak pembuyaran khusus
            untuk glondongan.

                Setelah panen pertama dilakukan dan petak pembesaran diperbaiki
            (reconditioned) seperlunya, sebagian glondongan dipindahkan dari tempat
            penyimpanan ke tempat pembesaran untuk dipelihara selama 2 bulan lalu
            dipanen. Penyimpanan  glondongan  ini  diusahakan cukup  untuk  2-4  kali
            penebaran sementara itu nener baru telah dapat menjadi glondongan tua yang
            baru.
                Dengan cara ini penebaran dan panen, dapat dilakukan 4-6 kali setahun,
            dengan hasil 800 Kg/ Ha/ tahun.

                Hal ini dapat menggembirakan, tapi diantara negara tambak kita masih
            juru kunci kalau dilihat bahwa Filipina telah menghasilkan 1500-2000 Kg/
            Ha/ tahun.
            3.  Menurut Jenis Binatang yang Ditemakan
                Bandeng adalah temak utama yang dipelihara di tambak-tambak di
            Indonesia. Di beberapa daerah dilakukan mixed culture dengan temak lain.
            Di kompleks-kompleks sawah tambak di Lamongan dan di tambak-tambak
            tawar di Sidoarjo dipelihara ikan tawes (Puntius javanicus) yang memberi
            pendapatan lumayan bagi para petambak. Sejak beberapa tahun belakangan
            ini orang mencoba melakukan budidaya campuran bandeng dan udang
            windu, bahkan melakukan budidaya mumi (mono culture) udang windu.
            Budidaya udang windu sudah meluas dipraktikan di Sulawesi Selatan. Di
            Jawa baru dicoba di beberapa tempat (Juwono-Sidoarjo). Pemeliharaan
            udang ini belum mantap benar dan belum merupakan suatu cara budidaya
            yang rutin seperti bandeng. Tetapi karena motivasi keuntungan besar banyak
            pengusaha yang mencoba mengusahakan secara perusahaan besar dengan
            mengundang modal asing atau menggunakan jasa-jasa ahli asing terutama
            Jepang. Kebanyakan usaha ini memenuhi kegagalan karena ahli-ahli asing itu
            bukan ahli pemeliharaan udang daerah tropik. Walaupun demikian, budidaya
            udang ini diramalkan akan menjadi ramai dalam 5 – 10 yang mendatang,
            karena usaha kecil petambak Indonesia banyak yang berhasil. Lagipula ekspor
            udang Indonesia makin lama makin lebih banyak diisi oleh udang hasil dari


                                           119
   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159