Page 197 - Masalah Pertanahan di Indonesia
P. 197
Tabel 5
Rata-rata Areal Sawah Menurut Kabupaten 1972 (hektar)
Untuk Penanaman
Kabupaten Rata-rata Range
1 x setahun 2 x setahun
Pidie 0,78 0,61 0,73 0,53-0,86
Aceh Utara 0,58 0,61 0,67 0,49-0,82
Aceh Barat 0,75 0,51 0,74 0,40-0,83
Aceh Ttimur 0,75 0,50 0,73 0,40-1,05
Aceh Tenggara 0,89 0,79 0,87 0,71-0,92
Rata-rata 0,77 0,64 0,75
Sumber: Ibrahim Hasan, Rice Marketing in Aceh: A Regional Analysis, 1976.
Tabel tersebut memperlihatkan rata-rata penggarapan tanah sawah petani
yang berkisar antara: 0,53 s/d 0,92 hektar.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa rata-rata tanah garapan
adalah kecil, hingga dari hasil tanah tersebut sangat sulit untuk mendapat
tingkat kehidupan yang layak.
Perluasan luas areal sawah masih dimungkinkan tetapi dengan investasi
yang lebih besar. Dewasa ini perluasan areal hampir tak dapat dilaksanakan,
akibatnya semua tanah yang baik sekarang telah digunakan untuk sawah
maupun untuk bangunan-bangunan. Dengan tanah yang relatif terbatas ini
dibarengi dengan pertambahan penduduk menyebabkan tanah pertanian
akan semakin kecil lagi di masa-masa yang akan datang. Usaha tani yang kecil
menimbulkan masalah:
(1) Tidak efisien di dalam penggarapan;
(2) Terpaksa memakai teknik produksi yang tradisional;
(3) Pendapatan petani tetap rendah, dan
(4) Kedudukan petani menjadi lemah (bargaining power berkurang).
Diperkirakan petani pemilik penggarap (owner operator) mencapai 50%
dengan usaha tani (0,85 hektar); petani penyakap (landless tenant) 25% dengan
luas areal (0,65%); dan petani pemilik dan penyakap tanah orang lain (owner
part tenant) adalah 25% dengan luas areal 0,75 hektar.
162