Page 234 - Mozaik Rupa Agraria
P. 234

Sistem tersebut disempurnakan ketika Pemerintah Kolonial
           Belanda  menerbitkan  Staatblad  tahun 1939  No.  442  mengenai
           ’Territoriale  Zee en Maritieme Kringen Ordonantie’ (Ordonansi
           Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim) yang bertujuan untuk
           mempertahankan aset Hindia Belanda dengan menentukan laut
           teritorial Hindia Belanda adalah tiga mil dari garis air surut pulau-
           pulau terluar wilayah kekuasaannya, selebihnya merupakan laut
           internasional/bebas. Di luar jarak  tiga mil itu merupakan laut
           internasional atau laut bebas, dengan demikian pendayagunaan
           potensi kelautan dimatikan. Seiring dengan hal itu, sumberdaya
           daratan diperah melalui sistem perkebunan dan sistem kehutanan,
           yang berujung pada perombakan hukum agraria pada tahun 1960.
               Ordonansi 1939 baru  secara  resmi  tidak berlaku ketika
           pengumuman  pemerintah  13  Desember  1957  (Deklarasi
           Djuanda)  dengan konsep  Asas Negara Kepulauan  diterbitkan,
           asas ini  didasarkan  pada ketetapan  Mahkamah Internasional
           1951  mengenai ’Asas  Archipelago’  sebagai  dasar  hukum  laut
           Indonesia, maka Indonesia  resmi menjadi  ’Archipelagic  State’
           dengan batas laut teritorial menjadi 12 mil diukur dari garis yang
           menghubungkan  titik-titik ujung  terluar pada pulau-pulau dari
           wilayah negara Indonesia pada saat air laut surut (Hamzah, 1984).
           Selanjutnya,  Zona Ekonomi  Eksklusif (ZEE)  Indonesia  selebar
           200  mil diukur dari  garis dasar diumukan  pada  12  Maret  1980,
           pengumuman ini disahkan menjadi UU No. 5 Tahun 1983 tentang
           ZEE  yang  memisahkan  perairan dari  ruang  lingkup agraria,
           demikian  pula  dengan UU  No. 6  Tahun 1996  tentang Perairan
           Indonesia.


           Perbedaan Ekologi Politik
               What  difference does nature make? (Peluso,  2006),  ini
           merupakan  pertanyaan  khas dari  kajian ekonomi  politik
           sumberdaya alam—selanjutnya, kajian ini dikenal sebagai ekologi


                                    Agraria Perairan, Pesisir dan Perdesaan  221
   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239