Page 312 - Mozaik Rupa Agraria
P. 312
menjadi lahan yang produktif sepanjang tahun dengan hadirnya
embung-embung mini hasil usaha swadaya masyarakat.
What am I supposed to do?
Dengan latar belakang yang bertabur prestasi dan sejarah
panjang perjuangan penduduk Selopamioro, tentu tidak salah
kalau saya berasumsi bahwa ilmu mereka adalah masyarakat
agraris yang kaya ilmu. Rasa-rasanya, jika saya diminta berbagi
tentu seperti berupaya menggarami lautan. Bukan saya yang perlu
memberi, tapi justru harus banyak menggali inspirasi dari para
petani.
Semakin banyak informasi yang dikorek, saya semakin
merasa kerdil jika harus berdiri di depan mereka menjelaskan
sedikit materi yang dikuasai. Perasaan itu menjadi-menjadi ketika
salah seorang peserta diskusi menyebutkan nama-nama profesor,
doktor, praktisi yang pernah menjadi guru pendamping di tempat
ini. “Ah kayaknya kok tidak pantas sama sekali kalau disejajarkan
dengan tokoh-tokoh tersebut sebagai pemateri,” batin saya dalam
hati.
Sembari meyakinkan diri sendiri, Mas Qomar, salah satu
pendiri Sekti Muda, yang mengajak saya terlibat dalam agenda
tersebut kemudian tetap mendorong saya. “Rapopo (tak apa)
maju, sampaikan saja apa yang ada di slide presentasi”, bisiknya
menguatkan. Walau minder masih bekecamuk di dada, saya
kemudian mencoba memulai pertemuan pertama dengan
perkenalan diri dan sebuah pertanyaan yang menjadi pembuka
keseruan-keseruan yang hingga saat ini masih saya rasakan.
Deagrarianisasi dan Reforma Agraria 299