Page 174 - Kembali ke Agraria
P. 174

Sinar Harapan, 26 Februari 2005








                      Hak Asasi Petani, Kenapa Perlu?








                      ENGAITKAN hak asasi manusia dengan kemandirian bangsa
               M(Sinar Harapan, 13/12/2004), makin signifikan jika diletakkan
               dalam konteks sosiologis bangsa ini. Elemen masyarakat yang pokok
               mendapat perhatian dalam pengakuan hak asasinya adalah kaum
               tani. Selain karena mayoritas, kaum tani merupakan kelompok rentan
               pelanggaran HAM.
                   Kita layak mengingat buah “Konferensi Nasional Pembaruan
               Agraria untuk Perlindungan dan Pemenuhan Hak-hak Asasi Petani”
               (17-20 April 2001) di Cibubur Jakarta berikut deklarasi dan resolu-
               sinya. Belum lama ini, Komnas HAM melalui semiloka di Cikampek
               Purwakarta (9-12 Desember 2004), telah menguatkan kembali buah
               konferensi ini.
                   Naskah Deklarasi Hak-hak Asasi Petani Indonesia hasil Konfe-
               rensi Cibubur, telah merinci peta situasi dan kondisi serta argumen-
               argumen pokok sebagai dasar pijakan hak asasi petani. Mukadimah
               deklarasi ini menyatakan: “… sesuai dengan Kovenan Internasional
               tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Negara wajib menga-
               kui hak-hak petani untuk mencapai taraf penghidupan yang layak
               bagi diri dan keluarganya, dan hak untuk bebas dari kelaparan, mela-
               lui tindakan pembaruan agraria”. Pemerintah dan DPR hendaknya
               segera meratifikasi kovenan Ekosob ini yang sejatinya tak boleh lepas
               dari Kovenan Sipil-Politik.
                   Deklarasi hak asasi petani mencakup delapan bagian dan enam

                                            155
   169   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179