Page 195 - Kembali ke Agraria
P. 195

Usep Setiawan

            secara legal formal. Dalam konteks ini, penyusunan perpres dan RUU
            tentang tanah untuk pembangunan patut diduga merupakan aspek
            legalisasi dari skenario besar politik pembangunan yang mendewakan
            investor asing sekaligus tanda digencarkannya kembali pem-
            bangunan yang kapitalistik.
                Telah dimaklumi, ekspansi kapitalisme global senantiasa butuh
            infrastruktur yang memungkinkan pemilik modal lebih mudah
            menyedot sumber daya dan gampang memasarkan berbagai produk-
            nya. Dengan infrastruktur yang mantap, maka penyedotan sumber
            daya kian kuat dan pemasaran produk mereka makin deras memban-
            jiri negeri-negeri konsumennya.
                Pembangunan infrastruktur biasanya dibiayai utang luar negeri.
            Berbagai syarat mestilah dibingkai dalam pagar kepentingan pemberi
            utang. Setelah infrastruktur tersedia, para pemilik modal akan ber-
            bondong-bondong datang untuk menancapkan modalnya dan mera-
            suki industri yang bergerak di berbagai lini, semisal, industri manufak-
            tur, substitusi impor, barang konsumsi, perakitan mobil, motor, mesin-
            mesin, alat listrik, elektronik, perminyakan, pertambangan, kehu-
            tanan, perkebunan, pariwisata, perbankan, dan sebangsanya.
                Tujuan manis yang kerap disodorkan dari semua proyek
            pembangunan di atas ialah guna menyerap tenaga kerja, memangkas
            pengangguran, mengurangi kemiskinan, sekaligus membantu
            tumbuhnya ekonomi Indonesia. Timbul kesan, tiada yang keliru
            dengan itu semua. Namun, investasi lazimnya mencerabut sejumlah
            hak tanah rakyat melalui mekanisme pasar maupun campur-tangan
            pemerintah. Diprediksi, merangseknya kapital ke negeri ini akan kian
            mendorong pemusatan penguasaan tanah dan menjadikan rakyat
            banyak makin kehilangan aksesnya atas tanah. Kebijakan menuju
            komoditisasi tanah terus bergulir melalui Proyek Administrasi Perta-
            nahan (land administration project/LAP) yang didanai utang Bank
            Dunia. LAP menjadi instrumen modal internasional untuk menguasai
            Tanah Air kita secara harfiah. Kemudahan mendapat sertifikat tanah
            serta iming-iming kredit bank menjadi siasat pemodal untuk mengu-


            176
   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200