Page 267 - Kembali ke Agraria
P. 267

Usep Setiawan

            dan dijadikan tanah negara dan menjadi objek landreform. Dasarnya
            adalah bahwa masa HGU ex erfpacht ini sudah habis, karena keten-
            tuan konversi dalam UU PA No 5/1960 disebutkan bahwa “hak
            erfpacht untuk perkebunan besar yang ada pada mulainya undang-
            undang ini, sejak saat tersebut menjadi hak guna usaha Pasal 28
            Ayat (1) yang akan berlangsung selama sisa waktu hak erfpacht ter-
            sebut, tetapi selama-lamanya 20 tahun.” Ini artinya sejak tahun 1980
            lalu, HGU yang berasal dari tanah ex erfpacht sebenarnya harus sudah
            tidak ada.
                Kedua, HGU yang bukan ex erfpacht dilakukan audit total yang
            meliputi: (1) produktif/dikelola sendiri secara aktif atau tidak pro-
            duktif/tidak dikelola sendiri secara aktif. Yang tidak produktif dan
            tidak dikelola oleh pemiliknya sendiri, diambil alih oleh negara dan
            dijadikan objek land reform. Hal ini didasarkan atas kenyataan bah-
            wa banyak HGU yang ditelantarkan oleh pemiliknya, serta tidak
            dikerjakan sendiri oleh pemiliknya secara aktif; (2) berdasarkan asal-
            muasal HGU, yang terbit dengan cara merampas dan menggusur
            tanah-tanah rakyat, atau ganti rugi tapi tidak sesuai, dikembalikan
            pada pemilik sebelumnya.
                Ketiga, HGU jangan diterbitkan di atas tanah-tanah yang sudah
            dikuasai dan digarap oleh rakyat. Fenomena maraknya reclaiming
            dan okupasi yang dilakukan rakyat atas tanah-tanah perkebunan
            pasca-reformasi hendaknya menjadi indikasi perlunya pengakuan
            secara legal formal atas tanah rakyat tersebut. Legalisasi tanah rakyat
            hasil reclaiming dan okupasi mesti diupayakan serius.


            Perekat NKRI
                Keempat, HGU untuk perkebunan besar hanya untuk usaha ber-
            sama dan dalam bentuk koperasi. Perombakan tata produksi dan
            tata kelola di sektor perkebunan besar mestilah diletakkan dalam
            kerangka reforma agraria sejati. Keberadaan perkebunan-perkebunan
            besar mestilah menganut semangat pelibatan rakyat di sekitar dan
            yang bekerja di dalamnya sebagai sama-sama pemilik atas aset


            248
   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271   272