Page 284 - Kembali ke Agraria
P. 284

Kembali ke Agraria

               ketimbang untuk tanaman pangan. Kalangan yang memperjuangkan
               terwujudnya kedaulatan pangan percaya bahwa jalan lapang menu-
               ju ke sana adalah dengan menjalankan pembaruan agraria (reforma
               agraria) yang sejati.
                   Kini diperlukan sistem ketahanan pangan yang secara filosofis
               harus menghindari ketergantungan terhadap situasi eksternal (pasar
               bebas) dan pola kebijakan pangan yang reaktif terhadap persoalan
               internal (operasi pasar). Dengan menyadari persoalan agraria yang
               bercirikan struktur agraria yang sangat timpang maka kebutuhan
               mendesak yang harus secepatnya dilakukan adalah menata kembali
               struktur agraria melalui pembaruan (reforma) agraria.


               Lebih adil
                   Kewajiban pemerintah menjalankan pembaruan agraria telah
               dipayungi oleh UUPA 1960 (yang belum lama ini disepakati peme-
               rintah dan DPR untuk dipertahankan) dan Tap MPR No. IX/2001
               tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.
               Rencana pemerintah yang akan mendistribusikan lahan seluas 8,15
               juta hektare kepada rakyat mulai tahun ini patut disambut baik seka-
               ligus dikawal secara intensif oleh masyarakat luas. Media massa
               perlu menyoroti dan memberitakan secara intensif dinamika imple-
               mentasinya karena agenda ini menyangkut hajat hidup orang banyak.
                   Setelah penataan struktur agraria tuntas, barulah dimungkinkan
               untuk memasuki upaya sistematis lebih lanjut dalam meraih kedau-
               latan pangan. Dalam pemikiran, Kaman Nainggolan (2006), keman-
               dirian pangan masa depan harus dipenuhi terutama melalui perbai-
               kan produktivitas. Ke depan diperlukan revolusi bioteknologi untuk
               memperbaiki sifat genetika guna meningkatkan produktivitas.
                   Indonesia harus mampu mandiri dalam bioteknologi tersebut
               sesuai dengan kondisi lokal guna melepas ketergantungan terhadap
               benih yang saat ini dimonopoli oleh para pengusaha multinasional
               dengan harga mahal. Upaya-upaya tersebut harus disertai dengan
               investasi dalam perbaikan irigasi, infrastrukur pedesaan, akses


                                                                       265
   279   280   281   282   283   284   285   286   287   288   289