Page 319 - Kembali ke Agraria
P. 319

Tabloid Opini Indonesia, Tahun II/Edisi 054/11–17 Juni 2007








                        Lembaga Reforma Agraria








                OLITIK agraria yang dianut pemerintah sejak Orde Baru dan yang
            Psampai sekarang belum mengalami perubahan mendasar adalah
            politik agraria yang condong kepada kepentingan modal besar, dan
            menegasikan hak-hak rakyat kecil atas pemilikan dan penguasaan
            tanah. Politik agraria semacam ini menghasilkan tiga fenomena di
            lapangan yang paling menonjol. Pertama, fakta terjadinya ketim-
            pangan penguasaan dan pemilikan tanah, sebagian besar rakyat di
            desa tidak punya akses yang cukup terhadap tanah. Di sisi lain tanah
            dikuasai segelintir orang saja yang punya akses terhadap ekonomi
            dan politik (kapital dan kekuasaan). Setiap dekade, kecende-
            rungannya jumlah petani tak bertanah terus meningkat, di sisi lain
            konsentrasi penguasaan tanah di beberapa gelintir orang semakin
            menguat. 30 juta lebih petani kita tidak mepunyai tanah sama sekali.
            Dia bekerja di sektor pertanian hanya sebagai buruh tani.
                Kedua, konflik agraria, konflik agraria itu lebih luas dari sekedar
            sengketa tanah. Konflik agraria selama masa Orde Baru sampai hari
            ini terjadi karena penggunaan dan penyalahgunaan kewenangan
            negara dalam mengatur kebijakan pertanahan. Seringkali pemerintah
            atas nama negara menerbitkan ijin-ijin usaha bagi investasi asing
            atau dalam negeri untuk menguasai dan memiliki tanah. Pemerintah
            sering menerbitkan HGU, gemar mengeluarkan HPH untuk kong-
            lomerat besar. Di sektor pertambangan lebih parah lagi, mayoritas
            perusahaan tambang yang beroperasi di tanah air kita dikuasai oleh

                                        300
   314   315   316   317   318   319   320   321   322   323   324