Page 355 - Kembali ke Agraria
P. 355

Usep Setiawan

            sejumlah menteri, para gubernur, bupati/wali kota dan jajarannya
            untuk menyukseskan reforma agraria.
                Para pejabat pusat-daerah mulai berupaya menjadikan reforma
            agraria sebagai bagian dari agenda dan program kerja di lingkup
            kelembagaan mereka. Penulis mendengar sendiri kesediaan Gubernur
            Gorontalo, Bengkulu, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, dan bebe-
            rapa yang lain untuk menjalankan reforma agraria di provinsinya.
                Dinamika ini tentu mesti kita letakkan sebagai upaya menuju
            terciptanya keadilan agraria, di mana tidak ada ketimpangan dalam
            pemilikan penguasaan dan pemanfaatan tanah serta kekayaan alam
            lainnya, sebagai wujud nyata keadilan sosial bagi seluruh rakyat
            Indonesia. Komitmen ini tampak mulai tumbuh subur di jajaran pe-
            merintahan sepanjang 2006-2007 ini. Soalnya, sejauh mana komitmen
            ini diaktualisasikan ke dalam program konkret secara nasional sam-
            pai di daerah? Bagaimana reforma agraria tak sekadar wacana, tapi
            membumi nyata di lapangan. Inilah tantangan pokok sebenarnya.
                Penulis percaya kekuatan rakyat selalu terjaga. Jangan pernah
            meremehkan kekuatan rakyat dalam agenda nasional menyangkut
            hajat hidup bangsa. Tak pantas menganggap rakyat bodoh hanya
            karena jarang bicara tentang reforma agraria. Rakyat terjaga, sehingga
            tak ada satu pun kebijakan negara yang lolos dari mata hati mereka.
            Rakyat adalah ibu kandung dari negara, sehingga tak mungkin ada
            negara jika rakyat tak pernah ada. Karenanya, reforma agraria yang
            kita maksud harus meletakkan kekuatan rakyat sebagai penentu, bu-
            kan pelengkap apalagi penderita.
                Sejumlah indikasi positif menandai kemajuan kalangan rakyat
            yang kondusif bagi pelaksanaan reforma agraria. Mulai meluasnya
            pembentukan serikat-serikat petani nasional, regional dan lokal men-
            jadi isyarat penting pemenuhan prasyarat kekuatan rakyat bagi refor-
            ma agraria. Sekadar contoh, di level nasional telah berdiri: Federasi
            Serikat Petani Indonesia, Serikat Tani Nasional, Aliansi Petani Indo-
            nesia, Aliansi Gerakan Reforma Agraria, Dewan Tani Indonesia, dan
            Aliansi Masyarakat Adat Nusantara. Tiap organisasi tani nasional


            336
   350   351   352   353   354   355   356   357   358   359   360