Page 396 - Kembali ke Agraria
P. 396
Sinar Harapan, 12 Agustus 2008
Belajar dari Serikat Petani Pasundan
ELUM lama ini, ratusan petani dari Jawa Barat menuntut
Bpembubaran Perhutani, karena Perhutani telah menjadikan
kaum petani sebagai kambing hitam yang dituduh melakukan aksi
pembalakan liar (23/06/08). Agustiana dan Serikat Petani Pasundan
(SPP) yang dipimpinnya sontak menjadi sumber pembicaraan publik
setelah dituduh sebagai dalang pembalakan liar di Jawa Barat oleh
Kapolda Jawa Barat Susno Duadji (Pikiran Rakyat, 18/06/08).
Ikhwal operasi pemberantasan illegal logging yang digencarkan
Kepolisian Daerah (Polda) Jabar tak seorang pun antipati. Terlebih
lagi, pemulihan hutan yang rusak parah tengah jadi fokus perhatian
pemerintah provinsi Jabar di bawah pemimpin baru, Ahmad Herya-
wan (gubernur) dan Dede Yusuf (wakil gubernur). Yang perlu dijer-
nihkan ialah cap negatif terhadap gerakan rakyat (tani) yang memper-
juangkan haknya atas tanah melalui jalan reforma agraria. Ketau-
ladanan Agustiana dan SPP selama belasan tahun dalam memper-
juangkan reforma agraria tak boleh hancur oleh tuduhan busuk
sebagai perusak hutan.
Bagi penulis, perdebatan mengenai pengelolaan hutan adalah
persoalan bersama yang harus ditilik dari berbagai sudut pandang.
Berangkat dari polemik tentang siapa dalang perusakan hutan di
Jabar, kita perlu menengok paradigma kebijakan pengelolaan hutan
sebagai cermin dari problem agraria dan sumber daya alam (SDA)
yang menanti perombakan total.
377