Page 83 - Kembali ke Agraria
P. 83
Usep Setiawan
nya, penguasa Orba dengan sangat kasat mata mengkhianati
semangat yang diamanatkan UUPA 1960 yakni “tanah untuk
penggarap”. Itu tampak dalam tindakan Orba mengeluarkan berbagai
regulasi (UU dan peraturan pelaksanaannya) untuk memfasilitasi
kaum pemodal besar ketimbang melindungi kepentingan rakyat kecil
yang mati-hidupnya nyata-nyata dari hasil pengolahan tanah, seperti
kaum tani, nelayan, dan masyarakat adat. Tanah mereka itulah justru
yang digusur untuk kepentingan pemodal besar.
Menyadari kesesatan konsep dan praktik pembangunan yang
diusung rezim Orba, Wiradi dalam buku ini mencoba menawarkan
konsep alternatif yang substansial. Pada bagian IV, diketengahkan
konsep reforma agraria sebagai dasar pijakan bagi dijalankannya
pembangunan. Uraian bagian ini diawali dengan mempertanyakan
era reformasi sebagai pintu baru yang relevan pascakejatuhan Orba.
Wiradi juga menyuratkan pentingnya perubahan paradigma pem-
bangunan yang diharapkan bisa membendung ancaman baru dari
arus besar globalisasi. Ditandaskan bahwa pembaruan agraria meru-
pakan perjuangan yang terus-menerus, berkelanjutan, yang setiap
langkahnya ke depan perlu dibentengi, terutama terhadap kekuatan
pasar bebas yang semakin meningkat yang lahir dari kegiatan yang
semakin meluas dari perusahaan-perusahaan transnasional (hlm.
203).
Untuk menggenapkan gagasannya, ia juga membedah tujuan
dan model reforma agraria yang tepat untuk Indonesia, misalnya
dalam bentuk nyata perlunya badan otoritas khusus pelaksana refor-
ma agraria. Menutup keseluruhan isi buku, Wiradi menggagas pen-
tingnya menjadikan reforma agraria sebagai gerakan sosial yang berti-
tik tumpu pada reforma agraria berbasis kesadaran dan kekuatan
kolektif dari rakyat sendiri (agrarian reform by leverage). Agar peran
sebagai dongkrak (leverage) itu efektif, maka semuanya harus dirun-
dingkan dan diputuskan bersama secara demokratis mulai dari ting-
kat lokal, wilayah, sampai tingkat nasional (hlm 204-206).
***
64