Page 79 - Kembali ke Agraria
P. 79

Kompas, 20 Oktober 2000








                              Reforma Agraria:
                  Menggali Akar Guna Menemukan

                                 Konteks Baru







                IAPA menguasai tanah maka ia menguasai makanan, demikian
            SMochammad Tauchid, tahun 1952. Dalam sejarah peradaban ma-
            nusia, masalah tanah (agraria) telah menjadi sumber persoalan yang
            senantiasa hangat di segala penjuru dunia. Kondisi tiga pilar yakni
            penguasaan, pengelolaan, dan pemanfaatan hasil dari tanah, serta
            sumber-sumber agraria lainnya diketahui selalu mengalami peruba-
            han baik pola maupun dampak sosial yang ditimbulkannya. Peru-
            bahan ketiga pilar agraria di atas telah pula didorong dan disertai
            upaya redefinisi konsepsi dan reorganisasi dari strategi implemen-
            tasinya, yang dalam bahasa “resmi” dikenal dengan istilah “reforma
            agraria” (agrarian reform) atau pembaruan agraria.
                Di banyak negara seperti Korea, Jepang, India, Inggris, Jerman,
            Amerika, dan Perancis, reforma agraria telah dengan sengaja dicip-
            takan secara terencana dan sistematis. Di hampir semua negara
            “maju”, agenda reforma agraria dijalankan secara sadar akan urgen-
            sinya bagi perkembangan serta kemajuan negara tersebut. Hasilnya,
            di negara-negara yang menjalankan reforma agraria bisa ditemukan
            kualitas kesejahteraan rakyatnya dengan basis keadilan agraria.
                Sebaliknya, banyak pula negara yang ogah menjalankan reforma
            agraria. Bahkan tidak sedikit kalangan penguasa negara yang alergi
            terhadap inisiatif gerakan reforma agraria yang didesakkan oleh

                                         60
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84