Page 76 - Kembali ke Agraria
P. 76
Kembali ke Agraria
Menyikapi kecenderungan kebijakan otonomi daerah, dalam
pandangan penulis perlu dibedah terlebih dahulu mengenai
perumusan orientasi (yang dilatari oleh visi dan misi) pengembangan
daerah. Orientasi ini penting sebagai fondasi dari bangunan yang
bernama daerah otonom. Kita bisa belajar dari masa lampau bahwa
orientasi pembangunan daerah sama sebangun dengan yang diru-
muskan di pusat.
Rezim Orde Baru sebagai penganut pembangunan kapitalistik
(mengutamakan kepentingan modal besar) yang mendorong pertum-
buhan ekonomi setinggi-tingginya, maka begitu pula yang berlaku
di daerah. Dengan otonomi daerah, terbuka ruang yang lebar bagi
lahirnya orientasi baru dari pengembangan suatu daerah. Prinsip
dari orientasi baru mestinya mengutamakan kepentingan mayoritas
rakyat kecil di daerah.
Langkah lanjutan setelah ditemukan orientasi pengembangan
daerah adalah penentuan strategi apa yang akan diambil dalam
pengembangan daerah tersebut. Dulu, Orde Baru menerapkan strategi
massa mengambang (floating mass) dan mengontrol secara ketat dan
keras (represif) kehidupan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi ditopang pendekatan keamanan (secu-
rity approach) untuk menjaga stabilitas kekuasaan politik nasional
yang mantap. Sekarang, strategi semacam ini telah digugat banyak
sekali pihak, termasuk oleh pendukung fanatiknya dulu. Otonomi
daerah memberi peluang dipilih dan digunakannya strategi pengem-
bangan daerah yang jauh dari praktek eksploitasi, manipulasi,
pemaksaan, dan kekerasan.
Orientasi dan strategi tadi penting untuk diaktualisasikan ke
dalam rumusan kebijakan-kebijakan pokok daerah. Kalau di era Orde
Baru daerah punya posisi melulu sebagai pelaksana kebijakan yang
telah diputuskan dari pusat (top down), sekarang terbuka peluang
untuk menggali kebijakan-kebijakan pokok yang dinilai tepat untuk
suatu daerah (bottom up). Dengan begitu tidak pantas lagi diterap-
kannya kebijakan di satu daerah yang mutlak dari pusat dengan
57