Page 200 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 200
190 Di Atas Krisis Sosial-Ekologis Semacam Apa
Megaproyek MP3EI Bekerja?
Jika dibandingkan dengan operasi pertambangan marmer, perlawanan terhadap tambang justru sangat menguat khususnya
di Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan terutama pada akhir tahun 1990an dan awal 2000an. Pada babak tersebut,
rakyat di sejumlah desa Kabupaten Kupang dan TTS memobilisasi dan mengorganisir kekuatan dalam jumlah besar meng-
hentikan dan mengusir operasi penambangan sejumlah gunung batu keramat yang kebetulan memiliki kandungan marmer
bermutu tinggi.
Gambar 2: Hasil mangan yang belum terjual di salah satu rumah warga.
Foto: Dok. Torry Kuswardono.
Hal yang menarik dari operasi pertambangan mangan di Timor Barat dibanding dengan operasi pertambangan di wilayah lain
di luar Timor Barat atau bahkan di Indonesia dan di Asia Tenggara adalah tidak terjadinya perampasan tanah yang menim-
bulkan sengketa terbuka. Perubahan nilai atas lahan dan sumberdaya tidak disertai dengan perampasan hak milik perorang-
an atau komunitas terhadap tanah. Perusahaan tambang justru bekerja sama dengan para “tuan tanah” yang secara turun
temurun memiliki hak “menguasai” hamparan dan segala isinya dalam rangka mengambil sebanyak mungkin sumber daya
mineral yang terkandung dalam tanah.
Studi ini hendak menjawab mengapa pada penambangan batu marmer terjadi perlawanan begitu kuat, sementara pada
babak penambangan mangan bisa dikatakan hampir tidak terjadi penolakan yang kuat di seantero Timor Barat. Padahal,
kerusakan tambang marmer, tidak seluas dan menyeluruh seperti yang terjadi pada tambang mangan. Hal ini dapat dilihat
dari perbedaan-perbedaan letak deposit mineral kedua bahan tambang, posisi dan nilai wilayah maupun bahan tambang
dalam sistem budaya orang meto, maupun model bisnis yang berlaku pada kedua bahan ini.