Page 10 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 10

Pengantar Editor











             A key intellectual attitude: problematisation.
                 Memproblematisasi kebijakan pertanahan di Indonesia dengan
             melihat, memeriksa, mencari ketersambungan, menemukan
             ketidaksambungan dan membandingkan berbagai kekuatan
             yang membentuknya, bagaimana ia terbentuk, siapa-siapa saja
             yang berada di dalam arena pembentukannya, serta siapa yang
             ‘menang’, terlempar, atau melawan, adalah upaya yang dihadirkan
             oleh kelima tulisan di dalam buku ini. Administrasi pertanahan,
             LARASITA, pemberian HGU, PPAN, tanah adat, dan rezim
             pertambangan di pulau kecil sekedar berfungsi sebagai pintu
             untuk memasuki arena proses-proses kebijakan (policy processes),
             dengan sikap bukan untuk semata-mata menelusuri tahap-tahap
             formulasi, implementasi dan evaluasi kebijakan itu, melainkan
             demi menggali dan mengungkap kekuatan yang bekerja sebagai
             pendorong, penavigasi arah dan penghidup, atau bahkan peredup
             dari kebijakan tersebut.
                 Mengapa problematisasi menjadi perlu? Sesungguhnya
             kesadaran akan ruang dan waktu menuntut kita untuk mengada
             dalam moda yang siklikal, bukan linier. Kebijakan agraria, dalam
             hal ini pertanahan, bisa terus-menerus dirumuskan, dibuat


                                      — ix —
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15