Page 101 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 101

Pengembangan Kebijakan Agraria untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlanjutan Ekologis

            2.  Penjualan Tanah-tanah Adat Nendali Yo, tahun 1986-
               1997 1

            1979, di tahun ini Undang-undang no.5 tentang Pemerintahan
            Desa secara resmi diberlakukan paksa dengan kawalan represif-
            militeristik. Pemberlakuan undang-undang yang sempat ditentang
            dan menimbulkan kontroversi ini mengakibatkan munculnya
            dualisme dan kegalauan acuan kepemimpinan di Nendali, yakni
            antara Ondoafi sebagai pemimpin adat dan Kepala Kampung
            sebagai pemimpin masyarakat bentukan pemerintah. Represi dan
            pemaksaan ini perlahan dan pasti makin melunturkan persepsi
            turunan atas adat dan nilai-nilai kepemimpinan sebagai hal yang

            sakral.Dari sini bisa dilacak akar-akar penjualan tanah adat secara
            besar-besaran di Nendali berkisar tahun 1986-1997.
                Era 1980, pembangunan lebih mengarah pada sarana
            infrastruktur dan pengkaryaan masyarakat dalam bidang-bidang
            yang sesuai dengan potensi wilayahnya. Di Nendali, sebagaimana
            di kampung-kampung yang lain di sekitar Sentani, digulirkan
            bantuan besar-besaran untuk budidaya beberapa jenis tanaman
            holtikultura tertentu dan budidaya ikan air tawar dengan keramba.
            Berbagai program ini berjalan tanpa persiapan yang matang.
            Dalam pertanian, masyarakat sebelumnya lebih terbiasa dengan
            sistem alamiah seperti berburu dan meramu. Transformasi sistem
            pertanian ini beberapa kali gagal, namun masih saja dipaksakan
            pada masyarakat. Sistem ekonomi yang lebih bertumpu pada sistem


            1.  Semua data di bagian ini berasal dari beberapa wawancara bersama pelaku
               dan pihak-pihak lain yang kompeten, kemudian disusun dalam bentuk
               tulisan demikian dengan berdasar kualitas data yang paling layak (paling
               mungkin), mengingat asumsi dan pandangan masing-masing pelaku yang
               saling berbeda.

                                    — 82 —
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106