Page 106 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 106
Fenomena Kontemporer Pengaturan Tanah Adat
menjual tanah adat. Hingga semua pihak yang ingin menjual tanah
ini, mendatangi pihak BM untuk membuat penawaran jual-beli
tanah adat. Alhasil, semua tanah-tanah adat yang terjual, memang
4
hanya dibeli oleh satu pihak BM saja. Jual-beli ini berlangsung
terus selama tahun 1986-1997 dengan hampir duapertiga dari
keseluruhan tanah adat terjual di masa ini.
Berbagai latar situasi di atas saling berhubungan membentuk
persepsi baru dalam hubungan manusia dan tanah di Nendali.
Pembangunan dan investasi dengan dasar-dasar modernitas yang
individualis menekan sistem tradisional, memaksakan daya tariknya
bagi semua orang. Sementara sejarah tahta dan prestise keturunan
dalam adat menjadi rongga pembelah kolektifitas. Hari ini terdapat
dua versi argumen berbeda dalam adat mengenai fakta penjualan
tanah-tanah adat yang berlangsung pada tahun 1984-1997 ini.
Versi-1, berpandangan bahwa kekuasan tertinggi atas semua
tanah adat sepenuhnya ada pada Ondoafi. Kepala Suku hanya
memiliki hak pakai atas tanah adat yang dijatahkan Ondoafi
kepadanya. Ondoafi berkewajiban mendistribusikan secara adil
4. Bintang Mas (BM), sebuah perusahaan yang hanya berbentuk CV, dikenal
masyarakat sebagai perusahaan yang suka beli-beli tanah di sekitar kabupaten
Jayapura dengan berbagai trik dan tipuan. Saat ini, disinyalir lingkaran
BM sebagai pemilik tanah individual terbesar di Papua. Sebabnya ialah,
lingkaran BM justru didukung dan mendapat fasilitas istimewa dari oknum
pemerintahan sendiri. Proses sertifikasi dari sekian banyak tanah milik
BM ditaksir penuh keculasan. Keterangan ini bersumber dari salah sebuah
bagian dalam pemerintahan provinsi Papua. Ada sinyalemen kuat, bahwa
BM memiliki banyak orang di beberapa lembaga pemerintahan, khususnya
menyangkut “Markus” atau makelar kasus, yang terbukti dari terbitnya dua
sertifikat untuk satu objek yang sama. Kejadian demikian tidak sekali-dua
kali. Data menyangkut “Markus” ini belum dibuka luas dan masih tersimpan
di pemerintahan Papua (berdasarkan wawancara dengan sebuah sumber).
— 87 —