Page 111 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 111
Pengembangan Kebijakan Agraria untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlanjutan Ekologis
tanah-tanah adat. Walaupun secara hukum (adat) dukungan mereka
tidak begitu berarti, namun kelompok ini memiliki kepentingan
utama dalam aturan penjualan tanah adat. Kelompok ini dulunya
terdiri dari suku-suku yang sama-sama menjual tanah adat bersama
pihak Bulan (PhW). Kelompok ini berpandangan boleh menjual
tanah adat oleh para Kepala Suku karena kekuasaan/kepemilikan
tertinggi tanah-tanah adat ada pada kepala suku. Sedang Ondoafi
hanyalah pengatur penempatan tanah-tanah adat yang lebih
umum sifatnya.
Sedang kelompok ketiga adalah suku A, sumber kekhawatiran
bersama yang sama-sama disisihkan dari kehidupan kampung oleh
kelompok pertama dan kedua. Pengaruh dan sentimen masa lalu
yang disuarakan oleh kelompok ketiga ini perlahan hilang dan
dilupakan. Soal-soal di Nendali yang jauh menyedot perhatian
masyarakat hanyalah soal antara boleh atau tidak menjual tanah-
tanah adat. Sejak ini Nendali telah terkutub dalam dua pandangan
tadi saja, antara membolehkan menjual tanah adat dan yang tidak
membolehkan. Suku A sendiri, sejauh yang ia bisa lebih banyak
mengikut pada kelompok kedua yang membolehkan penjualan
tanah-tanah adat. Sedang isu perebutan kuasa oleh suku A tidak
pernah terjadi. Sejak ini posisi kelompok kedua semakin kuat,
hingga menjadi satu-satunya kekuatan yang ada dalam adat.
Pihak Matahari semakin sendirian, dan hanya didukung oleh
orang-orang dekat dari garis keluarga, suaranya semakin sayup
dan hilang. Sekitar 2/3 tanah adat akhirnya terjual dalam masa
1986-1997.
— 92 —