Page 113 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 113

Pengembangan Kebijakan Agraria untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlanjutan Ekologis

                Selama itu pula YPhW melakukan pengusutan bagaimana
            tanah-tanah adat bisa terjual hampir semuanya. Beberapa tahun
            dalam pengusutannya, ditemukan modus jual-beli tidak bersih,
            diselubungi berbagai unsur penipuan. Dengan temuan ini YPhW
            kemudian mengklaim kembali tanah-tanah adat yang telah terjual
            dalam penguasaan adat. Fenomena YPhW yang mrupakan putra
            mahkota ini terus berlanjut hingga tahun 2010. Di tahun ini
            Ondoafi yang dijabat oleh PhW memberi dukungan penuh pada
            penguatan adat. Hingga muncullah beberapa ide baru untuk
            penguatan adat dengan beberapa asumsi, di antaranya menyangkut
            lemahnya posisi adat ketika adat masih berlaku melalui struktur
            lisan. Dalam struktur lisan ini, berbagai kesepakatan bisa berubah
                                                          5
            begitu saja secara sepihak tanpa adanya bukti tertulis.  Terjualnya
            tanah-tanah adat disinyalir dari semakin lemahnya pengakuan
            atas nilai-nilai adat, yang ditanamkan dan diwariskan secara lisan
            tersebut. Kemudian dalam penjualan tanah adat oleh para Kepala
            Suku, posisi Ondoafi dilemahkan. Maka dibentuklah berbagai
            kelembagaan baru dalam adat untuk menghadapi tantangan situasi
            dan demi memperkuat posisi dan wibawa Ondoafi. Beberapa hal
            ditempuh, mulai dari pembentukan tim penyelesaian sengketa
            tanah adat, menggelar sidang adat terhadap para Kepala Suku
            yang diduga berkhianat, dan menerapkan administrasi tertulis



            5.  Hal ini perlu diteliti lebih jauh. Dalam banyak informasi mengenai
               masyarakat adat, kekuatan kolektif justru bertumpu dari kebiasaan lisan
               ini. Atau tradisi lisan lebih bisa mengakomodir semangat bersama. Hal ini
               juga yang menjadikan tradisi tulisan sulit berkembang di banyak masyarakat
               adat. Salah satu keterangan di lapangan juga mengemukakan, bahwa selama
               ini perjanjian antar sesama masyarakat adat di Papua yang dilakukan secara
               lisan, mengandung motif dan wibawa yang justru lebih kuat daripada
               perjanjian secara tertulis, hingga lebih bisa dipercaya.

                                    — 94 —
   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118