Page 118 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 118
Fenomena Kontemporer Pengaturan Tanah Adat
Pada akhirnya, dengan begitu cepat dan banyak sekali penyelesaian
pengadilan tiba-tiba mengarah pada Pidana.
Persoalan lain yang dihadapi BPN Papua adalah penilaian
kinerja berdasarkan target jumlah bidang tanah yang disertifikatkan.
Ukuran ini menghadirkan dilema di tengah kesadaran BPN Papua
atas sulitnya peluang untuk melegalisasi aset secara individual di
tengah sistem kepemilikan yang bersifat komunal. Sengketa dan
konflik justru muncul dari sertifikasi tanah individual setelah
terjadi pembelian tanah dari masyarakat adat. Legalisasi aset oleh
negara ini tidak diakui keberlakuannya oleh masyarakat adat Papua
yang masih berpegang pada pemaknaan ikatan pemilikan dan
penguasaan yang tidak dapat diputus antara orang asli Papua dan
tanahnya. Klaim yang muncul berulang-ulang atas sebuah bidang
tanah yang sudah dibeli dan disertifikatkan hampir merupakan
‘kejadian sehari-hari’ yang dihadapi oleh BPN Papua. Dengan
dilema dan kerumitan antara realitas kondisi tanah adat di Papua
dan keterbatasan ruang gerak BPN Papua secara normatif dalam
menyikapi dan merespon permasalahan ini, maka tidak heran jika
sulit ditentukan, dimana sebenarnya posisi BPN dalam penyelesaian
sengketa tanah-tanah adat.
5. Situasi Kontemporer di Sekitar Tanah Adat di
Indonesia
Naghemia, konteksnya kini semakin kabur. Seorang penyair asal
Amerika Ralph Waldo Emerson (1803-1882) menerakan, If a man
own land, the lands owns him, jika seseorang memiliki tanah, maka
tanahnya juga akan memilikinya. Hubungan manusia dengan
tanah seharusnya sublim, namun siapakah yang bisa menahan
— 99 —