Page 98 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 98
Fenomena Kontemporer Pengaturan Tanah Adat
adat. Ondoafi sebagai pemimpin tertinggi representasi kesatuan
masyarakat kampung (Yo), memiliki wewenang yang sangat luas
meliputi religi, sosial, ekonomi, politik, dan keamanan. Sementara
para Khoselo sebagai pemimpin di tingkat klan yang ada dalam
kampung berperan menjadi perwakilan Ondoafi sebagai pelaksana
kebijakan meliputi bidang religi, jabatannya disebut Wakuyaw,
bidang keamanan dan perang disebut Flaime, bidang kesejahteraan
disebut Endafu, dan seorang juru bicara disebut Kandai Makolone.
Di Nendali Yo terdapat empat Klan yakni Wally, Taime, Yokhu
dan Mallo. Berarti terdapat 4 orang Khoselo sepadan dengan
jabatan-jabatan di atas.
Sementara seorang Ondoafi bisa saja memiliki beberapa
pembantu pribadi, yang mengurusi kesehariannya, yakni, untuk
urusan rumah tangga disebut Abu Afaa–Alafo Nolofa, seorang
pesuruh disebut Abu Akho dan seorang pembantu umum disebut
Waijowa.
Ondoafi berwenang membagi peruntukan tanah berdasarkan
tipologi dan bentuk pemanfaatan yang sesuai atas tanah, yang terdiri
dari areal pemukiman penduduk, areal perburuan, dusun sagu
dan pemanfaatan umum lainnya. Di Nendali terdapat beberapa
zonasi demikian, seperti tanah perkampungan atau Yo Kla, dusun
sagu atau Fiung Fi Kla, hutan perburuan dan tempat kayu soang
atau We Kla Hoang Kla, kebun bersama atau Onggi Kla Yale Kla,
dan wilayah sakral atau Nali Kla Walobo Kla.
Dalam budaya Sentani terdapat pribahasa, “Fafa nei khani,
u Ondoafi Khoselo nei khani”, yang artinya “Anak-anak tidak
mempunyai tanah, Ondoafi dan Khoselo yang mempunyai
tanah”. Pribahasa itu mengisyaratkan bahwa yang mempunyai
hak “penguasaan” dalam makna yang dekat pada “kepemilikan”,
adalah Ondoafi dan Khoselo. Sementara warga masyarakat hanya
— 79 —