Page 94 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 94

Membaca Ulang Keberadaan Hak Guna Usaha (HGU) dan Kesejahteraan Rakyat

                terbentuknya kelompok masyarakat yang terlempar dari usaha
                pertanian karena tidak terserap industri, kemudian menjadi
                pengangguran yang terlempar dari pertanian, tak sanggup
                masuk ke lapisan tenaga kerja industrial, lalu terlunta-lunta
                di pedesaan dan perkotaan.
             2.  Ditengah situasi yang kontradiktif tersebut (laju ekspansi
                investasi berbanding terbalik dengan daya serap tenaga kerja),
                sektor jasa dan bangunan justru menunjukkan kemampuanya
                dalam menyerap tenaga kerja. Namun, dari pengalaman di
                berbagai negara berkembang termasuk Indonesia, masuknya
                warga pedesaan ke sektor jasa, bangunan, maupun transportasi
                sesungguhnya mereka mengisi sektor informal atau bahkan
                kantong-kantong kemiskinan yang ada di wilayah perkotaan.
                Hingga Agustus 2009, sekitar 69,96% penduduk Kalimantan
                Selatan merupakan tenaga kerja di sektor informal. Jika
                pun mereka masuk dalam industri perkebunan khususnya
                Kelapa Sawit, melihat tren model rekruitmen tenaga kerja
                perkebunan di berbagai tempat, posisi warga disekitar lokasi
                HGU Perkebunan Sawit adalah kategori buruh harian lepas
                dengan konsekuensi tidak mendapatkan perlindungan UU
                Tenaga Kerja maupun fasilitas lainnya.
             3.  Dengan demikian, pilihan strategi pertumbuhan (trickle down
                effect) dengan titik berat pada pembangunan industri padat
                modal melalui kegiatan PMDN/PMA di sektor eksploitasi
                sumberdaya (perkebunan dan pertambangan) sampai sejauh
                ini belum mampu menunjukkan kemampuannya dalam
                menyerap tenaga kerja di tingkat lokal/wilayah atau belum
                mampu menjadi basis keberlanjutan nafkah bagi penduduk.
             4.  Namun dibalik kondisi ketidakmampuan aktivitas investasi
                (padat modal) baik PMDN maupun PMA dalam menyerap

                                      — 75 —
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99