Page 124 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 124

Fenomena Kontemporer Pengaturan Tanah Adat

             pejabat adat, penggunaan Surat Keputusan “resmi” oleh Ondoafi,
             dan perluasan wewenang Ondoafi. Semua ini demi memperkuat
             perlindungan atas tanah-tanah adat. Walau terkesan tergesa-gesa
             dan bias persepsi elit semata, namun keberanian untuk beradaptasi
             dan mencari relevansi adat dengan situasi kini muncul sejak
             dari sini. Usaha-usaha ini bisa disebut kritis dan progresif walau
             masih harus dievaluasi konsistensinya. Perubahan di Nendali
             menimbulkan kontroversi antar sesama sistem adat Ondoafi yang
             ada di seluruh Sentani. Bahkan Papua TV pernah menayangkan
             sebuah talkshow menyoroti berbagai perubahan yang dianggap
                        14
             tak biasa ini.  Tentu momen seperti ini akan terus menjadi titik
             reflektif masyarakat adat Sentani untuk terus mempertimbangkan
             keberadaan dirinya di dunia yang berubah ini. Kenyataan Nendali
             bisajadi akan mempengaruhi perkembangan kampung-kampung
             lain di Sentani.
                 Terbentuknya sikap-sikap baru serta sistem-sistem perlakuan
             administratif dalam adat sebagaimana di Nendali, ternyata bukanlah
             hal yang baru dalam perkembangan adat saat ini di Indonesia.
             Setidaknya, sejak era reformasi bergulir gerakan-gerakan pembaruan
             adat bergulir pula sesuai konteksnya masing-masing. Di Krayan,
             sebuah wilayah yang dihuni oleh komunitas Dayak Lundayeh di
             Kalimantan Timur, para pemimpin adat berusaha keras untuk
             menyamakan atau menyetarakan posisi politiknya atau posisi adat
                                          15
             berhadapan dengan pemerintah.

             14. Wawancara bersama BT dan RW.
             15. Laurens Baker. “Dapatkah Kami Memperoleh Hak Ulayat?” Tanah dan
                Masyarakat di Kabupaten Paser dan Nunukan, Kalimantan Timur. Dalam
                Myrna A Safitri dan Tristam Moeliono (Ed). Hukum Agrara dan Masyarakat
                di Indonesia. Huma Jakarta, KITLV-Jakarta dan Van Vollenhoven Institute,
                Jakarta, 2010. Hlm. 206-207.

                                     — 105 —
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129