Page 130 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 130

Fenomena Kontemporer Pengaturan Tanah Adat

             Pitap memang mereka rasakan lebih sebagai kisah arogansi pusat
             atau orang Jawa atas daerah. Upaya Departemen Sosial itu kini
             terbukti tidak membawa hasil apa-apa sebagaimana yang pernah
                                  21
             dibayangkan oleh pusat.
                 Sekitar tahun 2001, sebagaimana kini terjadi di Nendali,
             masyarakat Dayak Pitap kembali menghidupkan lembaga adat
             yang bernama Barumbuk, namun dengan berbagai pembaruan
             khususnya dalam soal kepemimpinan. Para pemimpin adat kini
             diangkat melalui pemilihan umum dan dibatasi berkuasa hanya
             selama 5 tahun. Pilihan pada sistem modern ini untuk semakin
             memperkuat diri menghadapi tantangan yang ada. Selama
             puluhan tahun, komunitas Dayak Pitap babak belur oleh berbagai
             konflik tanah dan program “pemberadaban”. Melalui Barumbuk,
             masyarakat Dayak Pitap berusaha membangun kesetaraan dengan
             negara. Setiap program atau kebijakan negara, kini tidak begitu
             saja bisa masuk secara bebas ke komunitas ini, namun harus
             melewati negosiasi terlebih dahulu dengan Barumbuk. Sedang
             Barumbuk memungkinkan keterlibatan semua masyarakat secara
                     22
             langsung.
                 Sebagaimana ungkapan, lain lubuk lain ikannya, semenjak
             reformasi bergulir berkembanglah berbagai versi kebangkitan
             adat hampir di seluruh kepulauan Indonesia. Dalam kebangkitan
             demikian, setiap lokalitas memuat konteks situasinya masing-
             masing yang khas. Beberapa fakta berbicara bagaimana masyarakat
             adat berkorelasi dengan negara dalam berbagai pengaturan.
             Beberapa yang lain sebaliknya, menampakkan ketegangan yang
             semakin tinggi. Terciptaya korelasi lebih dikarenakan adanya


             21. Ibid. Hlm. 171.
             22. Ibid. Hlm. 195-211.

                                     — 111 —
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135