Page 131 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 131
Pengembangan Kebijakan Agraria untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlanjutan Ekologis
sikap sungguh-sungguh dari pemangku pemerintahan setempat
untuk mengakomodasi kebangkitan adat dengan peran-perannya
yang relevan.
Kecemasan atas adat sebagai gerakan disintegrasi jelas mentah
menghadapi sedikit kenyataan ini. di Krayan, pemerintah lokal
ternyata bisa mendukung penuh keberadaan sistem adat. Pada
komunitas Dayak Pitap, ketimbang menunjukkan sikap-sikap
frontal, mereka lebih memilih untuk memediasikan keinginan
pemerintah melalui mekanisme adat. Di Sumatra Barat, perdebatan
yang berkembang dalam masyarakat adat ketika adat itu sendiri
sudah menjadi kebijakan, justru mempersoalkan relevansi yang
benar-benar tepat bagi adat saat ini. Sanggahan dan beberapa upaya
kritis atas adat di Sumatra Barat, muncul dari dalam kalangan adat
sendiri. Kekhawatiran negara atau beberapa pihak atas adat benar-
23
benar harus dibongkar, sebenarnya menyimpan tujuan apa.
23. Pergolakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) di
Sumatra Barat tahun 1958-1959 sering dianggap sebagai gerakan kultural
adat melawan dominasi Jawa. Tidak jelas darimana stereotip ini berkembang,
pergolakan PRRI sendiri samasekali tidak ada hubungannya dengan soal-soal
adat-istiadat di Sumatra Barat, atau soal-soal yang bertujuan pada disintegrasi
dan penonjolan identitas etnik. Juga, bagi orang Sumatra Barat sendiri
menganggap gerakan ini bukan pemberontakan, namun sebagai bentuk
pernyataan kritik dengan pembentukan pemerintahan tandingan atas
Soekarno, dan pemerintahan tandingan ini mengakui dirinya sebenarnya tidak
memiliki kuasa apa-apa namun berani menjamin arah Indonesia ke depan
menjadi lebih baik dengan beberapa strategi yang dikemukakannya. Bagi
pelakunya, PRRI adalah Indonesia dengan ciri revolusioner. Pada awalnya
beberapa tokoh PRRI melontarkan sejumlah kritik atas arah pembangunan
Soekarno yang orientasinya semakin tidak jelas dan suka meletup tiba-tiba
tanpa rencana yang matang. Pembangunan Tugu Monas dan Istora Senanyan
di tengah-tengah kemiskinan rakyat Indonesia menjadi ikon dari kegalauan
pembangunan Soekarno. Namun kritik ini begitu cepat ditanggapi Soekarno
— 112 —