Page 198 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 198

Integrasi “Reforma Agraria” dengan Rencana Pembangunan Wilayah dan Pengentasan Kemiskinan

             ranah kebijakan dan inisiatif rakyat dalam studi kasus Kabupaten
             Tasikmalaya dan Blitar.

             a. Batas Kebijakan
             Hasil kajian pada ranah kebijakan dan program pertanahan di
             BPN Tasimalaya dan Blitar belum mampu berjalan selaras dengan
             semangat menegakkan kembali RA yang berbasis UUPA 1960,
             diantara penyebabnya adalah; 1) Pemaknaan subtansi atau mindsite
             pemahaman atas RA dan program pertanahan lainnya yang masih
             antara konseptualisasi dengan praktik-empirik. Program PPAN,
             LARASITA, PRONA tereduksi hanya menjadi tugas sertifikasi
             dan ajudifikasi tanah, lepas dari semangat eksperimentasi ke arah
             perwujudan RA genuine. 2) Dukungan pendanaan dan skema
             pendanaan yang masih belum seimbang dengan kebutuhan agenda
             RA dan program pertanahan lainnya. 3) Sistem koordinasi BPN
             yang berbeda dengan otoritas lembaga pemerintahan daerah, yang
             menyulitkan kerja-kerja koordinatif di level daerah. 4) Minimnya
             Sumber Daya Manusia sebagai pelaksana program, baik secara
             kualitas dan kuantitas di Kantah. 5) Secara teknis, supporting
             teknologi dan pendukung lainnya juga masih kurang. Misalnya
             teknologi informasi untuk program LARASITA, data yang akurat
             untuk PRONA dll.
                 Sedangkan dalam ranah kebijakan Pemerintah Daerah
             dalam soal pengembangan wilayah dan agenda penanggulangan
             kemiskinan, beberapa hal yang menjadi batas kebijakannya
             adalah; 1) Pemahaman tentang kemiskinan masih sebagai kondisi
             dari sudut satu dimensi ekonomi saja, bukan konsekuensi dari
             ketidakadilan dan ketimpangan beragam aspek struktural (sosial,
             politik, ekonomi) yang kompleks. 2) Watak program yang masih
             cenderung berideologi developmentalistik. Mengatasi kemiskinan


                                     — 179 —
   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203