Page 60 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 60

Administrasi Pertanahan dan Larasita: Mengangankan Ruang Negosiasi-Partisipasi Rakyat di Level Desa

             penanganan desa dan seharusnya diselesaikan di tingkat yang lebih
             tinggi tidak dapat dengan cepat mendapatkan penyelesaian, hal
             ini dikarenakan baik institusi pertanahan maupun Pemda yang
             memiliki kewenangan tidak memiliki mekanisme penyelesaian atas
             problem-problem elite. Problem elite ini adalah seperti problem
             klaim TNI AD yang dijelaskan di atas yang terkait dengan otoritas
             pemerintah di level yang lebih tinggi.


             4. Refleksi: Mengukuhkan Inisiatif Desa dalam Administrasi
                Pertanahan dan Penyelesaian Persoalan Agraria

             Mencermati dua kasus yang diangkat di atas menjadi jelas bahwa
             untuk membangun suatu sistem administrasi pertanahan sebagai
             bagian penting pembangunan dengan menjadikan tanah sebagai
             modalitas penyejahteraan rakyat harus melampaui keterbatasan-
             keterbatasan yang selama ini ada dalam sistem administrasi
             pertanahan. Dari uraian di atas tampak jelas bahwa administrasi
             pertanahan di Pacitan dan Banjarbaru, mungkin juga di daerah-
             daerah lain di Indonesia masih terjebak pada legalisasi asset,
             implementasi yang teknis-birokratis, belum mampu mengurai
             problem agrarian dan menjadi alat deteksi dini terhadap persoalan
             pertanahan. Administrasi pertanahan juga belum mampu
             mengapresiasi inisiatif-inisiatif solutif di tingkatan lokal, melakukan
             pencegahan dan resolusi konflik agraria, belum mampu menjamin
             penciptaan penguasaan tanah yang aman bagi pemiliknya, belum
             mampu melakukan terobosan-terobosan kelembagaan, dan menjadi
             ruang pasrtisipasi dan negosiasi yang efektif antar aktor-aktor lokal
             untuk mencegah tenurial insecurity.
                 Namun, terlihat jelas juga dari dua kasus tersebut bahwa desa
             dengan segala keterbatasanya selama ini mampu menjalankan


                                      — 41 —
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65