Page 57 - Pengembangan Kebijakan Agraria: Untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlangsungan Ekologis
P. 57
Pengembangan Kebijakan Agraria untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlanjutan Ekologis
Milik TNI-AD ! Daerah Latihan Militer Dilarang Masuk !” dan
sebagainya. Masyarakat yang berada di daerah tersebut saat ini
merasa resah karena tanah yang sekarang ini mereka miliki tidak
dapat menjamin hak mereka atas tanah (tenurial insecurity).
Sejauh ini yang dilakukan adalah mengirimkan pernyataan
keberatan kepada pihak-pihak tertentu, bahkan sudah masuk ke
meja DPRD Banjarbaru, dengan harapan agar segera mendapatkan
kejelasan atas persoalan tersebut. Namun sejauh ini pula tidak ada
kemajuan apapun yang mereka dapatkan. Penduduk setempat
menyadari bahwa konflik ini adalah konflik elite yang juga harus
diselesaikan di tingkat elit. Pada tanggal 3 September 2008 warga
sejumlah 160 orang berkumpul membicarakan masalah ini. Mereka
kemudian mengirimkan surat permintaan pencabutan baleho
yang bertuliskan “Tanah Milik TNI-AD, Daerah Latihan Militer
Dilarang Masuk”. Surat pernyataan itu dikirimkan kepada Danrem
Antasari di Banjarmasin pada hari berikutnya 4 September 2008.
Belum ada hasil apapun dan kejelasan apapun hingga saat ini.
Persoalan lain adalah menyangkut komplikasi birokrasi
yang terjadi seiring perubahan status pemerintahan daerah ini
yang sebaliknya bagian dari Kabupaten Banjarbaru kemudian
berubah menjadi Kota Administratif yang masih menginduk ke
Kabupaten Banjar, dan akhirnya menjadi Kota Otonom saat ini.
Meskipun diakui bahwa saat ini administrasi pertanahan lebih
rapi namun warisan ketidaktertiban administrasi pertanahan di
masa lalu membuat aparat mengalami kesulitan dalam menangani
persoalan tanah akibat data yang tidak lengkap. Aparat mengaku
bahwa banyak data pertanahan masih berada di Kabupaten Banjar
belum ditransfer ke Banjarbaru, salah satunya disebabkan konflik
sengketa perbatasan antar kabupetan yang belum selesai. Di desa
lain bahkan terjadi calon kepala desa lama yang kalah dalam
— 38 —