Page 51 - Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria Prof. Boedi Harsono
P. 51
Oloan Sitorus & Taufik N. Huda
dikurangi. Pabrik-pabrik gula kemudian diubah menjadi pabrik
senjata. Tahun 1944 Pemerintah Balatentara Jepang mengeluarkan
Osamu Seirei (undang-undang) No 31 yang berisi larangan bagi
penduduk untuk menanam tebu dan membuat gula. UU tersebut
menjadi paku terakhir yang ditancapkan pada peti mati industri
gula Indonesia. 7
Sementara itu selepas berkutat dengan masalah pertanahan
(tebu), Boedi dipindahkan ke kantor Kabupaten Kediri. Ia diangkat
menjadi kepala Keizaibuco (Kepala Bagian Ekonomi) Kabupaten
8
Kediri. Pada tahun 1944 gerakan ofensif Sekutu sudah hampir
mendekati Jepang. Karena di front laut kekalahan sudah semakin
nyata maka Pemerintah Balatentara Jepang di Indonesia mulai
menyusun konsep perang gerilya untuk waktu yang panjang. Un-
tuk itu diperlukan pengumpulan kebutuhan perang yang semakin
intensif. Menanggapi keadaan tersebut dalam rapat umumnya
bulan April 1944 kenzaibuco memutuskan untuk memperbesar
produksi hasil bumi, terutama padi. 9
Sebagai kepala bagian ekonomi, tugas dan wewenang Boedi
Harsono amat penting, yaitu mengatur dan mengawasi petani
memasukkan hasil padinya ke Beikoku Seimeigyo Kumiai (koperasi
penggilingan padi milik pemerintah) serta mengatur pendistri-
busiannya kepada rakyat kabupaten. 10 Pada masa itu keadaan
pangan di Jawa sangat menghawatirkan, maka jalan tercepat yang
ditempuh adalah melalui ekstensifikasi atau menambah areal
lahan tanaman pangan (beras dan jagung). Perkebunan-perke-
7 Sartono Kartodirdjo, dkk, op.cit. hlm. 143.
8 Boedi Harsono dan Soedjarwo Soeromihardjo, loc.cit.
9 Sartono Kartodirdjo, dkk, op.cit. hlm. 146.
10 Boedi Harsono dan Soedjarwo Soeromihardjo, loc.cit.
38