Page 53 - Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria Prof. Boedi Harsono
P. 53
Oloan Sitorus & Taufik N. Huda
penghidupannya, maka tidaklah demikian halnya jika dibanding-
kan menjadi pegawai pemerintah pada jaman pendudukan Jepang.
Pada saat itu gaji pejabat-pejabat pemerintah diturunkan, sementara
itu pemerintah membanjiri rakyat dengan uang kertas yang sema-
kin lama semakin turun nilainya karena inflasi yang sangat tinggi. 15
Namun begitu Boedi Harsono tetap menjalankan tugasnya dengan
dedikasi dan keikhlasan yang tinggi, satu falsafah yang selalu
dipegangnya: Tuhan tidak akan mengubah keadaan seseorang
sehingga ia mengubah keadaan yang ada pada dirinya sendiri. 16
Masa Revolusi Kemerdekaan: Melanjutkan Pengabdian
Pada saat bekerja sebagai pejabat pamong praja di Kediri, Boedi
17
Harsono sempat mengikuti pelatihan militer Jepang. Bekal ini
kemudian digunakan Boedi Harsono saat terjadi pertempuran di
awal revolusi kemerdekaan Indonesia yang termahsyur, Surabaya
10 November 1945. Ia ikut dalam gelombang ratusan ribu anggota
badan-badan perjuangan yang datang ke Surabaya untuk mengusir
tentara Inggris yang telah menduduki kota pelabuhan tersebut.
Selepas pertempuran yang memakan korban ribuan rakyat
Indonesia tersebut, Boedi kembali ditarik ke Kantor Karesidenan
Kediri. Ia ditempatkan di Bagian Perekonomian Karesidenan Kediri
15 Sartono Kartodirdjo, op.cit. hlm. 136.
16 Boedi Harsono dan Soedjarwo Soeromihardjo, loc.cit.
17 Dalam wawancara tanggal 27 April 2009, Boedi Harsono mengatakan bahwa
ia sempat dilatih oleh Jepang untuk menjadi Kamikaze. Mungkin dapat ditambahkan
di sini bahwa hanya ada dua jenis organisasi yang mendapat pelatihan kemiliteran
oleh Jepang; pertama PETA (Pembela Tanah Air) yang dipersiapkan untuk
menjadi tentara sukarela Indonesia untuk membantu pasukan balatentara Jepang.
Kedua, Seinendan dan Keibodan yang merupakan barisan cadangan dan pembantu
polisi, anggotanya mendapat pelatihan dasar militer tetapi tanpa menggunakan
senjata yang sebenarnya. Lihat Sartono Kartodirdjo, op.cit. hlm. 169.
40