Page 57 - Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria Prof. Boedi Harsono
P. 57
Oloan Sitorus & Taufik N. Huda
itu. Namun Boedi muda kemudian membalas surat tersebut dengan
jawaban seperti kalimat di atas. Akhirnya pada suatu ketika Boedi
mengetahui siapa pengirim surat sebenarnya, yang tak lain dan
tak bukan adalah Sumarsono, adik Naniek dan juga Swasono.
Singkatnya ia “dicomblangkan” oleh Sumarsono - anggota TRIP
tersebut. 26
Pun begitu tampaknya usaha Sumarsono menuai hasil, Boedi
dan Naniek mulai saling berkirim surat, walaupun belum pernah
sekalipun mereka bertemu. Kesempatan itu datang ketika Boedi
ditugaskan untuk mengadakan kunjungan kerja ke Malang. Bersa-
ma rombongan pejabat ia naik mobil, namun malang sampai di
Blitar mobil tersebut mogok. Rombongan ditawari dua pilihan pu-
lang ke Kediri atau tetap ke Malang namun harus menunggu per-
baikan mobil terlebih dahulu, akhirnya opsi kedua yang dipilih. 27
Boedi sampai juga di Malang dan langsung menghadap ke
rumah Patih, Soemarsidik. Setelah lama bercakap-cakap akhirnya
Boedi ingin menuntaskan keingintahuannya akan sosok Naniek
Soemarti yang notabene anak kedua sang Patih. Boedi bertanya,
“lho ini banyak orang tapi yang mana yang namanya Soemarti
itu?”. Sayangnya Naniek sedang tidak ada di rumah, ia sedang ke
pasar di daerah Singosari. Namun tekad Boedi untuk bertemu
sudah bulat, segera ia menuju Singosari dengan naik sepeda. Perlu
diketahui bahwa hari itu Boedi baru saja tiba di Malang, dan juga
saat itu bulan Ramadhan.
Tampaknya pertemuan Boedi membawa kesan baik, tak hanya
bagi Naniek Soemarti namun juga bagi keluarganya. Setiap kali
26 Wawancara dengan Boedi Harsono, tanggal 24 April 2009 di rumah, Jalan
Musi 28, Jakarta.
27 Ibid.
44