Page 62 - Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria Prof. Boedi Harsono
P. 62
Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria ....
sekarang. Sebelum terkenal sebagai Kota Apel, Batu dikenal sebagai
daerah penghasil jeruk. Tanaman tersebut menjadi komoditi buah-
buahan yang paling lazim ditanam petani Batu pada masa Hindia
Belanda. Inisiatif pengembangbiakan apel datang secara tidak
sengaja. Mr. Pegtel, seorang Belanda yang tinggal di Batu melihat
banyak bibit apel liar yang tumbuh di halaman rumahnya. Bibit
itu berasal dari biji-biji apel yang dikonsumsi keluarganya dan
dibuang sembarangan. 37
Dalam mengembangbiakkannya Mr. Pegtel dibantu oleh
seorang penduduk bernama Kandar. Bersamanya tanaman apel
diperbanyak dengan metode okulasi. Namun begitu apel tetap
belum ditanam secara luas karena keterbatasan bibit. Selain Pegtel,
tanaman apel juga dikembangbiakkan oleh beberapa orang Eropa
lainnya seperti Mr. Pool di Desa Tulung Rejo, Mr. Rockmaker di
Desa Sidomulyo, dan Mr. Roenkwis di Desa Sisir. 38
Hasil apel yang sedikit ini dijual di toko-toko pecinan dengan
harga yang sangat tinggi. Harga satu kilonya berkisar antara 10-
25 sen. Jika sekilo apel berisi kurang lebih 10 buah maka harga
sebutirnya sekitar 2 sen. Harga yang sangat mahal bagi penduduk
pribumi. Maka pada saat itu tepat jika apel menjadi buah yang
eksklusif yang hanya bisa dinikmati oleh orang Eropa dan Tiong-
hoa yang kaya. 39
Keeksklusifan apel akhirnya berhasil dipatahkan saat Boedi
Harsono menjabat sebagai camat di Batu. Pemicunya, ketika masa
37 Fitri Neky D, Batu, Swiss-e Malang dalam Dukut Imam Widodo, dkk,
Malang Tempo Doeloe (Malang: Banyumedia Publishing, 2006), hlm. 192.
38 Ibid. Jenis apel yang dikembangbiakkan umumnya adalah Rome Beauty.
39 Fikri Neky D menyatakan lelucon yang unik bahwa kini orang bisa makan
apel tanpa harus kehilangan kaos kutang, karena pada masa itu harga sebutir apel
sama dengan selembar kaos kutang.
49