Page 60 - Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria Prof. Boedi Harsono
P. 60

Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria ....

                   Pada saat itu pegawai pamongpraja –termasuk Boedi-
               menghadapi dilema. Mereka dihadapkan pada dua pilihan sulit
               untuk ikut bergerilya ke gunung-gunung dengan konsekuensi akan
               sulit mendapat jaminan hidup bagi keluarganya, atau tetap tinggal
               dan bekerjasama dengan Belanda dengan konsekuensi yang berat
               pula yaitu dicap sebagai penghianat perjuangan. Namun ada pula
               beberapa orang yang tetap tinggal di kota namun menolak beker-
               jasama dengan Belanda, resikonya sewaktu-waktu mereka dapat
               ditangkap oleh Belanda. 32
                   Dalam pengungsiannya, Boedi mendapat satu cobaan lagi
               yang akan menentukan langkah hidupnya. Soemarsidik mertuanya
               meninggal dunia sementara anak bungsunya masih sekolah. Beban
               itu jatuh di pundak Boedi Harsono yang harus menafkahi keluarga
               besar istrinya. Sebelumnya beban Boedi sudah berat sebab pemban-
               tunya sudah berkeluarga dan memiliki banyak anak. Tanggung
               jawabnya yang berat untuk menafkahi keluarga besarnya mem-
               buatnya mengambil pilihan realistis untuk tidak ikut bergerilya ke
               pedalaman. 33
                   Jalan mulai terbuka saat Boedi kemudian diterima jadi pegawai
               pamongpraja di Malang. Ia ditempatkan sebagai asisten wedana
               (camat) Lawang. Jabatan yang dijalankannya hingga akhir masa
               revolusi ketika Belanda angkat kaki dari Indonesia. Dengan kerja
               kerasnya, Boedi berhasil membawa keluarga besar dan orang-orang
               terdekatnya untuk melewati masa peperangan dengan selamat dan
               berkecukupan.  34


                   32  Sudarno, dkk.opc.cit. hlm. 96.
                   33  Wawancara dengan Boedi Harsono, tanggal 24 April 2009 di rumah, Jalan
               Musi 28, Jakarta.
                   34  Ibid.

                                                                   47
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65