Page 61 - Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria Prof. Boedi Harsono
P. 61

Oloan Sitorus & Taufik N. Huda

            Menjadi Asisten Wedana Batu dan Cerita Mengenai
            Apel Malang
                Dari Lawang, Boedi Harsono kemudian dipindah ke Batu,
            Malang. Jabatannya tetap sama yaitu asisten wedana (camat). Pe-
            riode ini memberikan kesan yang mendalam bagi Boedi Harsono
            selain karena tugasnya tidak diganggu oleh peperangan juga
            karena ia berhasil memberikan inisiatif-inisiatif baru yang ber-
            manfaat bagi kehidupan masyarakat di masa depan.
                Batu terletak di dataran tinggi sehingga berhawa sejuk pada
            masa kolonial dijadikan tempat bermukim orang Belanda. Selain
            itu karena kesuburan tanahnya, Batu dijadikan pula lahan perke-
            bunan besar. Perkebunan tersebut berupa kopi, kina, dan teh yang
            dikuasai oleh pengusaha Eropa. Sesuai dengan Undang-Undang
            Agraria tahun 1870 pengusaha Eropa menyewa tanah milik pendu-
            duk dalam jangka waktun yang lama (hingga 75 tahun) dan dapat
                                 35
            diperbaharui setelahnya.  Setelah kemerdekaan Indonesia tanah-
            tanah tersebut kemudian dicabut haknya dan dikembalikan kepa-
            da pemerintah RI. Boedi Harsono sebagai asisten wedana dalam
            tugasnya banyak mengurusi masalah tanah tersebut. Ia melakukan
            inventarisasi aset-aset perkebunan untuk kemudian ditertibkan
            penggunaannya.  Selain berkutat di masalah pemerintahan dan
                          36
            penyelesaian masalah pertanahan, Boedi juga menjalankan bebe-
            rapa pekerjaan informal seperti guru SMP.
                Namun satu hal yang membuat prestasi Boedi sebagai asisten
            wedana menonjol, yaitu keberhasilannya mengintroduksi tanaman
            apel kepada petani yang menjadi primadona Kota Batu hingga


                35  M. C. Ricklefs, Sejarah Indonseia Modern (Yogyakarta: Gadja Mada
            University Press, 1991), hlm. 190.
                36  Boedi Harsono dan Soedjarwo Soeromihardjo, loc.cit.

            48
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66