Page 108 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 108

M. Nazir Salim & Westi Utami

            tanah dan mereka yang tidak landless atau petani penggarap, atau memi-
            liki tanah namun sangat kecil, serta buruh tani sebagaimana disebutkan
            dalam PP 224/1961. Pada objek ex-HGU yang tidak lagi diperpanjang relatif
            mudah karena seharusnya ATR/BPN memiliki pengalaman panjang
            dalam hal redistribusi aset pada tanah bekas HGU. Ketika objeknya sudah
            clear and clean, ATR/BPN tinggal menetapkan tanahnya sebagai objek
            TOL dan menentukan pula subjeknya, baru kemudian dilanjutkan pada
            proses-proses meredistribusi kepada subjek yang sudah ditentukan.
            Subjek penerima RA sebagaimana dijelaskan dalam Perpres 86/2018, Pasal
            12 butir 3, terdapat 20 pihak yang bisa menerima redistribusi tanah.

                Objek lain yang efektif saat ini bisa dijalankan adalah skema plasma
            bagi perusahaan untuk masyarakat sekitar. Tahun 2012, Hendarman
            Supandji mengeluarkan Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan No. 2
            Tahun 2012 yang isinya sebagaimana Pasal 5 menyatakan, “untuk penga-
            juan HGU baru dan perpanjangan, calon pemegang hak harus mem-
            bangunkan kebun plasma untuk masyarakat sekitar minimal 20% dari
            perolehan hak”. Edaran ini kemudian diperkuat oleh Menteri Sofyan Jalil
            melalui Permen ATR/BPN No. 7 Tahun 2017 sebagaimana termuat dalam
            Pasal 40 dengan maksud yang sama. Artinya, hal ini sejalan juga peraturan
            KLHK P.51/2016 tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan Produksi
            yang Dapat Dikonversi, dimana setiap melepaskan kawasan hutan utama-
            nya digunakan untuk perkebunan disyaratkan alokasi 20% untuk masya-
            rakat. Beberapa peraturan ini terkonfirmasi dalam penerapannya di
            lapangan, relatif efektif, karena pengajuannya bersamaan, sehingga ketika
            diajukan HGU tanpa menyertakan 20% untuk pembangunan perkebunan
            masyarakat maka tidak akan diloloskan perizinannya (Komunikasi
            dengan Sapta, 2019).
                Sepanjang 2015-2018, redistibusi tanah ex-HGU dan Tanah Terlantar
            telah memenuhi target dari yang ditetapkan. Dari jumlah luasan yang
            ditetapkan 0,4 juta hektar, capaian ATR/BPN telah melebihi dari target
            yang ditetapkan dalam RPJMN, bahkan sampai tahun 2018 capaiannya
            sudah melebihi dari target. Capaian itu didapat dari seluruh provinsi di
            Indonesia kecuali Jakarta dan Bali (tidak terdapat objek RA), dan Kali-
            mantan Utara yang masih bergabung dengan Kalimantan Timur. Secara

              80
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113