Page 109 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 109

Reforma Agraria: Menyelesaikan Mandat Konstitusi

               keseluruhan capaian distribusi aset dalam empat tahun terakhir sudah
               melewati target yang ditetapkan dalam RPJM 2015-2019. Tabel di bawah
               menunjukkan secara rinci target dan capaiannya, dihitung dari tahun
               2015-2018 dan target yang ditetapkan dalam RPJMN.


                           Tabel 2. Capaian Redistribusi Aset, 2015-2018

                                              Capaian Tahun
                Kegiatan           2015                       2016
                Reforma
                         Target      Realisasi    Target        Realisasi
                 Agraria
                         Bidang  Bidang  Ha  %    Bidang  Bidang   Ha      %
               Redistribusi  107.150  95.741  69.100  89,35  170.562  143.234  113.650  83,98
               Tanah
                                   2017                       2018
               Redistribusi
                         23.925  23.214  13.733  97,03  350.650  282.337  215.089,60  80,52
               Tanah
                                Target RPJMN               Capaian RPJMN
                 Total   Jumlah                   Bidang        Ha         %
                         400.000 (Ha)             544.526       411.573  102,9
                        Sumber: Diolah dari data Dirjen Penataan Agraria, 2019.
                   Tabel di atas menjelaskan bahwa capaian itu meskipun melebihi tar-
               get namun bukan angka yang fantastis, karena jika dihitung rata-rata
               pertahun per provinsi, hanya sekitar 3.319,1 hektar pertahun atau 4.391
               bidang per provinsi (lihat gambar 4). Angka yang sangat kecil jika diban-
               ding dengan luasan Indonesia serta penguasaan perkebunan oleh korpo-
               rasi. Menurut penjelasan Dirjen Penataan Agraria, rendahnya capaian
               itu jika dibanding dengan jumlah luasan Indonesia dan potensi objek
               TORA disebabkan karena problem SDM, kordinasi antar-stakeholder,
               ketersediaan TORA yang clear and clean, dan keterbatasan sarana serta
               data yang tersedia (Dirjen Penataan Agraria 2019). Problem klasik itu
               hemat penulis bukan persoalan utamanya, karena dari tahun ketahun
               yang dihadapi adalah persoalan yang sama, namun lebih pada skala
               prioritas. Dalam dua tahun terakhir, seluruh SDM ATR/BPN dipriori-
               taskan pada legalisasi aset, dan sepanjang ATR/BPN berdiri, belum
               pernah terjadi menempatkan redis sebagai skala prioritas, sekalipun saat
               ini menjadi program startegis nasional. Artinya, keberhasilan redis dan
               penyediaan TORA tergantung bagaimana SDM dan roadmap dibangun,
               dan bagaimana penyelesaian itu direncanakan. Jika legalisasi aset mampu
               menggerakkan semua SDM ATR/BPN, tetapi  mengapa redis yang


                                                                          81
   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114