Page 169 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 169

Reforma Agraria: Menyelesaikan Mandat Konstitusi

               dengan mandat Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
               pada pasal 23 dimana pemanfaatan hutan diutamakan untuk mening-
               katkan kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap
               menjaga kelestarian hutan. Sementara beberapa kebijakan yang telah
               dilakukan dalam pengelolaan kawasan hutan terkadang hanya mencip-
               takan kesejahteraan bagi sekelompok orang dan sekelompok golongan
               kaum elit tertentu.

                   Sebagai negara, di Indonesia terdapat berbagai masyarakat adat
               dengan jumlah 2.332 komunitas dengan hukum adat yang sudah berlaku
               secara turun temurun. Sementara komunitas adatnya memiliki kearifan
               lokal untuk menjaga kestabilan kawasan hutan. Dengan adanya peraturan
               yang mengikat dan menyamaratakan aturan perlindungan kawasan
               hutan secara sama rata bagi seluruh kawasan mengakibatkan aturan
               hukum adat yang sudah diterapkan oleh masyarakat menjadi luntur
               (www.aman.or.id). Dahulu beberapa masyarakat adat memiliki kearifan
               lokal untuk melindungi kawasan hutan dengan mengatur apabila akan
               menebang pohon diwajibkan untuk menanamnya minimal 1 pohon
               terlebih dahulu dengan jangka waktu tertentu. Selain aturan tersebut,
               beberapa masyarakat adat memiliki aturan dan pemahaman yang sudah
               terwariskan dari pendahulu mereka untuk melindungi beberapa kawasan
               sebagai area penyimpan cadangan air untuk tidak dimanfaatkan dan
               dilarang menebang pohon di kawasan tersebut.  Namun dengan adanya
               aturan baru yakni tidak diizinkannya masyarakat memanfaatkan hasil
               hutan menjadikan mereka tidak lagi menerapkan kearifan lokal yang
               telah ditetapkan secara turun temurun. Kondisi ini pada akhirnya menja-
               dikan masyarakat melakukan tindakan penyerobotan, perlawanan, dan
               perusakan kawasan hutan apabila pengawasan yang dilakukan oleh
               pemerintah sedang lengah (Redi 2014). Kajian yang dilakukan Aliansi
               Masyarakat Hukum Adat Nusantara/AMAN (2013) menyebutkan bahwa
               di Indonesia terdapat kurang lebih 40 juta hektar tanah ulayat yang
               kondisi eksistingnya mengalami tumpang tindih dengan kehutanan.
                   Permasalahan dan ketidakjelasan terhadap penguasaan tanah
               kawasan hutan dapat pula terjadi karena berakhirnya masa Hak Pengu-
               sahaan Hutan (HPH) oleh perusahaan tertentu. Dari beberapa temuan

                                                                         141
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174