Page 165 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 165

Reforma Agraria: Menyelesaikan Mandat Konstitusi

               ketiga konflik sektor pertanian, keempat konflik pertambangan, dan
               kelima adalah kehutanan (KPA 2018). Pada akhir tahun 2018 hasil kajian
               KPA  menyebutkan  bahwa  konflik di  Indonesia dalam satu tahun
               mencapai 410 konflik dengan luasan mencapai 807.177,613. Data kejadian
               konflik yang terekam oleh KPA terkait sektor kehutanan di tahun 2018
               sejumlah 19 kejadian konflik (menurun jauh jika dibandingkan tahun
               2017) yang tersebar di wilayah Indonesia (KPA 2018). Meskipun jumlah
               kejadian konflik kehutanan di tahun 2018 pada urutan kelima akan tetapi
               luasan lahan yang terdampak sangatlah luas. Konflik penguasaan dan
               perebutan kawasan hutan ini sudah mengakar dan belum mampu disele-
               saikan secara tuntas hingga kini dikarenakan banyaknya masyarakat yang
               terlibat, banyaknya lembaga/instansi/stakeholder terkait, banyaknya
               peraturan yang mengatur dan saling tumpang tindih, tipologi konflik
               yang berbeda-beda sehingga solusinya juga berbeda, serta kondisi lahan
               yang sangat luas yang diperebutkan dalam konflik.
                   Permasalahan penguasaan tanah kawasan hutan yang tersebar di
               beberapa provinsi di Indonesia sudah terjadi sejak zaman penjajahan
               yakni dengan dimulainya ekspansi perkebunan skala besar dengan jenis
               tanaman komoditas tertentu (cengkeh, merica, pala, tembakau, teh,
               karet, dsb.) yang menjadi pundi-pundi kekayaan bagi Belanda (Ambar-
               wati 2018). Konflik penguasaan kawasan hutan khususnya di Jawa yang
               terjadi pada masa penjajahan Belanda dikarenakan Pemerintahan Kolo-
               nial Belanda menetapkan hutan yang dipisahkan dari lahan hutan serta
               pembatasan terhadap akses masyarakat desa terhadap kawasan hutan
               dan hasil hutan yang sebelumnya menjadi sumber penopang kehidupan
               masyarakat desa. Sistem pengelolaan kawasan hutan yang diterapkan oleh
               Belanda ini sebagian besar diadopsi oleh Pemerintahan Indonesia pasca
               kemerdekaan dalam mengatur kawasan hutan, salah satunya sistem reg-
               ister yang diterapkan Pemerintahan Indonesia dalam mengelola kawasan
               hutan (Peluso 1994).

                   Selanjutnya konflik penguasaan tanah kawasan hutan perlahan
               semakin meluas sejak pemerintah mengatur kawasan hutan dengan
               konsep teritorilisasi. Kementerian Kehutanan merujuk pada Undang-
               Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dimana berdasarkan pera-

                                                                         137
   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170