Page 184 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 184

M. Nazir Salim & Westi Utami

            fasilitas berupa SD cabang (pembantu) serta sudah terdapat beberapa
            fasilitas ibadah seperti mushola.  Sementara dusun-dusun lain di luar
            Gedung Pekuon masih banyak yang berada dalam kawasan hutan dan
            tidak memiliki fasilitas umum yang memadai baik infrastruktur maupun
            fasilitas untuk pendidikan, sehingga menyebabkan warganya tertinggal
            dan kehidupan ekonomi masyarakatnya juga tidak berkembang.

                Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Pekuwon sebagian besar
            tamatan SD dan SMP, hanya beberapa orang yang menamatkan pendi-
            dikan SMA dan hanya sebagian kecil yang mampu menamatkan pendi-
            dikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Bagi masyarakat yang meng-
            inginkan anak-anaknya dapat sekolah hingga tamat SMA mereka harus
            merantau ke Ibukota Kabupaten di Baturaja dan hidup mandiri sebagai
            anak kos. Bagi masyarakat yang menginginkan anaknya dapat melan-
            jutkan pendidikan hingga tingkat atas tentunya membutuhkan biaya
            yang besar, karena minimal harus ke Baturaja untuk melanjutkan kuliah
            di Universitas Batu Raja (Unbara), namun biaya hidup di Baturaja jauh
            lebih mahal karena merupakan daerah industri semen.

                Keterbatasan ekonomi tersebut bukan hanya berimplikasi terhadap
            tingkat pendidikan masyarakat di Desa Gedung Pekuwon, namun juga
            berimplikasi terhadap pernikahan muda. Kesulitan hidup yang mereka
            alami serta tidak adanya aktivitas pendidikan karena putus sekolah
            mengakibatkan sebagian pemuda ataupun pemudi untuk memutuskan
            menikah. Dengan menikah kondisi kehidupan mereka tidak jauh berbeda,
            karena keterbatasan pendidikan dan ketrampilan mengakibatkan mereka
            sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak sehingga mereka
            mengalami kesulitan untuk mengembangkan diri dan keluarganya menu-
            ju kehidupan sejahtera. Ketidakmampuan dan keterbatasan ini menga-
            kibatkan mereka yang menikah muda mengikuti jejak orangtua untuk
            mengolah lahan garapan dengan skema dan sistem berkebun yang sama
            yakni berkebun dengan cara tradisional. Sementara bagi pemuda yang
            memiliki ketrampilan serta pendidikan yang lebih tinggi mereka lebih
            memilih untuk bekerja di kabupaten (Baturaja) atau bekerja di Kota
            Palembang. Kondisi inilah yang menyebabkan Desa Gedung Pekuwon
            belum mengalami kemajuan yang signifikan dikarenakan mata rantai

              156
   179   180   181   182   183   184   185   186   187   188   189